Jakarta, FORTUNE - De Beers menikmati pertumbuhan yang kuat selama dua tahun setelah pandemi dan kemudian mengalami penurunan tajam pada tahun 2023. Bahkan kini pemilik slogan "Diamonds are Forever" itu bersiap beralih ke bisnis ritel perhiasan jelang pemisahan dari Anglo American.
Melansir Fortune.com, Anglo American, perusahaan pertambangan multinasional Inggris senilai US$30,7 miliar berencana mendivestasi De Beers, anak perusahaan pertambangan Berlian dan perhiasannya. Anlgo American menjadi pemegang saham mayoritas atau 85 persen saham di De Beers, sedangkan pemerintah Botswana memiliki saham minoritas.
Penjualan De Beers telah menurun, sementara perusahaan—yang pernah memegang hampir monopoli perdagangan berlian global—juga harus menghadapi pengumuman terbaru dari perusahaan induknya, Anglo American, yang berencana untuk menjual atau memisahkan De Beers.
Meskipun tantangan ini cukup berat, CEO De Beers Al Cook melihat masa depan yang cerah dengan mengubah De Beers menjadi pemain utama dalam ritel mewah. “Saya sangat bersemangat dengan ide bahwa kami dapat benar-benar menerapkan strategi kami sepenuhnya hingga menciptakan maison perhiasan terbaik di dunia, yang bukan merupakan bagian alami dari perusahaan pertambangan,” katanya.
De Beers tampaknya serius dengan rencana ini. Al Cook sendiri berambisi memiliki banyak gerai ritel De Beers untuk bersaing dengan merek mewah seperti Tiffany dan Cartier. Menjual berlian yang sudah dipoles melalui saluran merek sendiri dan independen akan menjadi perubahan strategi yang signifikan. Berbeda dengan cara sebelumnya yang hanya menjual kepada sekelompok pelanggan terpilih.
Menghentikan produksi berlian buatan laboratorium
Untuk memperkuat strategi De Beers, Al Cook juga memutuskan untuk mundur dari dari bisnis berlian lab grown atau berlian buatan laboratorium. Padahal segmen ini cukup berkembang pesat saat perusahaan menjajakinya sekitar enam tahun lalu. Berlian buatan laboratorium menarik pelanggan yang peduli akan keberlanjutan, tetapi juga bersaing langsung dengan berlian alami De Beers dengan harga yang lebih rendah.
Selama setahun terakhir, perusahaan memperkirakan penjualan berlian sintetis senilai US$4,5 miliar telah mengurangi potensi penjualan berlian alami hingga US$7 miliar. Hal ini mengakibatkan pendapatan terendah De Beers sejak 2001, menurut laporan Financial Times.
Strategi "Origins" yang diluncurkan minggu lalu akan melihat De Beers menggandakan portofolio aset tambangnya yang terdepan di industri, merek ritelnya yang ikonik, dan rekam jejaknya dalam menciptakan keinginan akan berlian, kata De Beers dalam sebuah pernyataan.
Apa pun strategi yang diambil De Beers, perusahaan ini harus melakukannya sendiri. Anglo American ingin melepaskan bisnis berlian dalam upaya restrukturisasi setelah tawaran pengambilalihan senilai US$43 miliar dari BHP Australia gagal. Bagaimana tepatnya hal ini akan dilakukan masih harus dilihat, mengingat dampak penurunan berlian terhadap harga jualnya. Selain spin off bisnis, De Beers juga mempertimbangkan untuk menjadi peruhaan publik.
"De Beers memiliki sejarah 136 tahun dan selama 124 tahun dari sejarah tersebut, bisnis ini bukan bagian dari Anglo American. Hubungan kami selalu bersifat saling mendukung dan keputusan untuk berpisah akan membuka fleksibilitas strategis baru bagi kedua perusahaan," kata juru bicara De Beers kepada Fortune.
Bagaimanapun, tanpa dukungan neraca keuangan Anglo—yang dinikmati De Beers sejak 2011, meskipun hubungannya dengan induknya hampir 100 tahun—perusahaan berlian ini kemungkinan akan memiliki perlindungan yang lebih sedikit dari fluktuasi siklus komoditas.
Namun, Cook mencoba menenangkan kekhawatiran dengan meyakinkan mitra bahwa perusahaan dapat beroperasi dengan lebih fleksibel di bawah struktur kepemilikan yang baru. "Kami sedang merevolusi setiap bagian dari De Beers untuk meningkatkan nilai," kata Cook dalam sebuah pernyataan pekan lalu.