Gelombang Kedua K-Beauty: Fokus pada Inklusivitas Global

K-Beauty didorong menjangkau lebih banyak warna kulit.

Gelombang Kedua K-Beauty: Fokus pada Inklusivitas Global
Ilustrasi kosmetik. Shutterstock/5 second Studio
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Tren K-beauty yang sebelumnya mendominasi dunia perawatan kulit kini memasuki fase baru. Gelombang kedua K-beauty mulai mengubah industri makeup dengan produk inovatif yang lebih inklusif.

Menurut Sarah Chung Park, pendiri Landing International, gelombang pertama K-beauty berfokus pada perawatan kulit dan gelombang kedua memiliki fokus berbeda serta lebih luas.

“Gelombang kedua meluas ke produk pewarna, perawatan rambut, tubuh, dan wewangian,” ungkap Park dalam sebuah studi yang dipublikasikannya baru-baru ini. Demikian dilaporkan vogue.com, dikutip Selasa (26/11).

Fase baru ini menandai pergeseran dari perawatan kulit murni ke produk makeup hibrida yang menonjolkan manfaat perawatan kulit, seperti foundation dengan asam hialuronat dan concealer yang mengandung niacinamide. Produk-produk ini tidak hanya memenuhi kebutuhan estetika, tetapi juga kesehatan kulit, menciptakan standar baru dalam Industri Kecantikan.

Tantangan inklusivitas

Meski potensinya kian bekembang, inklusivitas menjadi tantangan utama bagi merek-merek K-beauty yang berasal dari Korea, negara dengan populasi yang homogen. Globalisasi kini mendorong merek-merek ini untuk menjangkau lebih banyak warna kulit, terutama di pasar internasional.

Di Amerika Serikat, merek seperti Laneige dan CosRx telah memperkenalkan inovasi K-beauty ke pasar arus utama. Sementara itu, merek Korea-Amerika seperti Peach and Lily memainkan peran penting sebagai jembatan antara Timur dan Barat.

Meski begitu, banyak merek Korea masih menawarkan hanya tiga hingga lima pilihan warna foundation, yang kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan konsumen internasional.

Beberapa merek, seperti Cle Cosmetics, telah memimpin dengan meluncurkan produk inklusif, seperti CCC Cream dalam lima warna pada 2015, yang terus diperluas hingga mencakup lebih banyak pilihan.

Pengaruh media sosial dan budaya pop

Media sosial, khususnya TikTok, menjadi katalisator penting dalam mendorong inklusivitas K-beauty. Sarah Chung Park mencatat bahwa popularitas K-pop dan drama Korea di kalangan konsumen kulit hitam dan Hispanik meningkatkan permintaan untuk produk yang lebih inklusif.

Influencer seperti Darcei Giles bahkan mendorong merek TIRTIR untuk memperluas pilihan warna foundation dari tiga menjadi 40 hanya dalam beberapa bulan.

“Giles kini menjadi duta merek Korea pertama yang berkulit hitam, menunjukkan betapa pentingnya inklusivitas dalam industri ini,” kata Park.

Dengan adaptasi yang cepat, merek seperti TIRTIR dan Dear Dahlia terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan global. Dear Dahlia, misalnya, telah meluncurkan Petal Drop Liquid Blush dalam 12 warna, termasuk untuk kulit yang lebih gelap.

“K-beauty berkembang melalui inovasi dan respons terhadap kebutuhan konsumen,” kata Park. Dengan fokus pada inklusivitas, merek-merek K-beauty diharapkan mampu bersaing di pasar internasional yang semakin beragam.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 25 November 2024
MR. DIY Indonesia IPO Desember, Harga Rp1.650–Rp1.870
Nike dan Adidas Kehilangan Dominasi di Sepatu Lari
Swasembada Energi, Pemerintah Dorong Transisi Energi di Pedesaan
Daftar Harga Emas Hari Ini, 25 November 2024: Turun Rp2.000
Harga Saham Bank Central Asia (BBCA) Hari Ini, 25 November 2024