Jakarta, FORTUNE - Harga jam tangan Rolex semakin mahal akibat melonjaknya harga emas ke rekor tertinggi. Rolex SA telah menaikkan harga beberapa jam tangan logam mulianya di Inggris sebesar 4 persen setelah harga emas melonjak tajam.
Fortune.com melansir, Senin (3/6), bahwa biaya ritel untuk Rolex Daytona chronograph berlapis emas putih meningkat 4 persen menjadi £38.700 atau sekitar US$49.312 dari £37.200 per 1 Juni, menurut informasi yang diperoleh Bloomberg News pada situs web resmi pembuat jam tangan Swiss tersebut di Inggris.
Selain itu, harga GMT Master II yang berlapis emas kuning naik menjadi £35.400 dari £34.000.
Harga spesifik negara untuk jam tangan yang dibuat oleh Rolex, yang berbasis di Jenewa, dapat dilihat sebagai indikator kekuatan perekonomian suatu negara. Sebagai merek jam tangan mewah terkemuka dunia, Rolex memproduksi lebih dari 1 juta jam tangan per tahun, dengan penjualan mencapai lebih dari 10 miliar franc Swiss (US$11,08 miliar).
Harga emas telah melonjak 14 persen tahun ini, mencapai rekor tertinggi US$2.450 per troy ons pada Mei berkat optimisme bahwa bank sentral AS akan mulai menurunkan suku bunga.
Poundsterling Inggris juga mengalami kenaikan, mencapai level tertinggi terhadap euro sejak Agustus 2022.
Rolex menolak berkomentar
Menyoal kenaikan harga ini, seorang juru bicara Rolex di Jenewa menolak berkomentar tentang perubahan harga tersebut.
Rolex biasanya menaikkan harga jam tangannya sekali setahun pada Januari. Pada awal tahun ini, mereka meningkatkan harga di Inggris sekitar 4 persen untuk beberapa model, termasuk yang berbahan baja, tetapi tidak mengubah harga di AS.
Perubahan nilai mata uang yang signifikan mendorong Rolex untuk menaikkan harga dua kali di Inggris pada 2022, yaitu pada Januari dan September, saat poundsterling merosot ke level terendah terhadap dolar dalam beberapa dekade.
Rolex juga menaikkan harga di negara-negara Eropa dua kali pada tahun yang sama.
Dengan situasi ekonomi yang terus berkembang, kenaikan harga ini menunjukkan bagaimana Rolex harus menyesuaikan diri dengan fluktuasi pasar dan biaya produksi yang dipengaruhi oleh harga logam mulia.
Pada April lalu, CEO Rolex, Jean-Frédéric Dufour, mengatakan naik dan turunnya harga sangat terpengaruh oleh selera masyarakat akan belanja kelas atas. Menurutnya, amat berisiko jika menganggap jam tangan sebagai Investasi yang nilainya sering berubah, demikian laporan Fortune.com.
Dufour mengatakan dalam wawancaranya bahwa tahun ini akan menjadi “tantangan” karena biaya input masih tinggi dan masyarakat enggan berbelanja.
“Ketika pasar melemah, seperti yang terjadi saat ini, pengecer berada dalam tekanan untuk menurunkan harga. Ini sangat bermasalah karena diskon merusak produk emosional seperti milik kami,” ujarnya.
Pada akhirnya, merek-merek yang sangat mapan dan sangat kuatlah yang tetap berada dalam hati pembeli seraya memberikan kinerja terbaik di tengah gejolak pasar, kata Dufour.
Meskipun industri jam tangan mengalami kemerosotan, Rolex tetap menjadi kekuatan dominan di dunia jam tangan.
Produsen jam tangan Swiss ini meraup rekor penjualan US$11,5 miliar pada 2023, naik 11 persen dari tahun sebelumnya, menurut data yang dikumpulkan oleh Morgan Stanley dan perusahaan Swiss LuxeConsult yang diterbitkan pada Februari.