Jakarta, FORTUNE - Pasar Barang Mewah global kini menghadapi tantangan besar, dengan krisis yang diperkirakan tidak akan pulih sebelum tahun 2027. Penurunan pertumbuhan dan pergeseran kebiasaan konsumen menjadi isu utama dalam industri yang identik dengan harga tinggi dan daya tarik eksklusif ini.
Laporan terbaru dari Business of Fashion dan McKinsey mengungkapkan bahwa pertumbuhan sektor barang mewah global diperkirakan hanya mencapai 1-3 persen antara 2024 dan 2027.
Faktor utama di balik perlambatan ini adalah peran Cina dan Eropa yang semakin kecil dalam ekspansi global industri mewah, sementara kawasan seperti Timur Tengah dan India menunjukkan potensi pertumbuhan pesat.
“Selama fase pertumbuhan, industri mengalami transformasi struktural yang meningkatkan paparan pelanggan terhadap barang mewah. Kini saatnya merek-merek menyusun ulang strategi untuk memulihkan daya tarik, kreativitas, dan eksklusivitas—fondasi utama dunia mewah,” ujar Rahul Malik, Chief Growth Officer dan Head of Insights di Business of Fashion, mengutip Fortune.com pada Kamis (16/1).
Apa penyebab utama krisis?
Beberapa masalah dalam industri barang mewah disebabkan oleh kesalahan internal. Ketika permintaan melonjak beberapa tahun lalu, perusahaan meningkatkan produksi dan menaikkan harga. Namun, tindakan itu yang justru mengurangi kesan eksklusivitas barang mewah. Selain itu, kenaikan harga lebih sering menjadi pendorong pertumbuhan dibandingkan peningkatan volume penjualan.
“Para eksekutif benar dalam bersikap pesimis terhadap 2025, yang diperkirakan akan menjadi tahun yang menantang bagi para pemimpin industri mewah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” tambah Malik. Menurutnya, pelanggan perlu “dibujuk kembali tentang nilai barang mewah.”
Ketidakseimbangan ini membuat bahkan konsumen terbesar, yang menyumbang hingga 80 persen dari total pengeluaran barang mewah, merasa jenuh dengan kenaikan harga.
Laporan State of Fashion juga mencatat kemunculan merek-merek butik yang menarik minat konsumen sebagai alternatif, seperti Miu Miu yang berhasil meningkatkan pendapatan Prada hingga 105 persen pada kuartal ketiga 2024.
Pergeseran minat konsumen
Laporan ini juga memprediksi pergeseran minat konsumen dari barang seperti jam tangan dan pakaian menuju pengalaman wellness dan perjalanan. Tren quiet luxury, yang menekankan pada keanggunan sederhana dan kualitas kerajinan tinggi, semakin diminati.
Ida Palombella, pemimpin global fashion dan luxury di Deloitte, mengatakan bahwa “Quiet luxury adalah tren signifikan yang menekankan pada keanggunan yang sederhana, kualitas kerajinan tinggi, dan desain abadi dibandingkan branding mencolok atau logo besar.”
Pascapandemi, konsumen juga menunjukkan minat yang meningkat pada aksesori seperti sabuk, perhiasan, dan kacamata sebagai cara cepat untuk memperbarui gaya mereka. Selain itu, pasar barang bekas juga menjadi alternatif yang menarik bagi konsumen yang ingin memasuki dunia barang mewah dengan harga lebih terjangkau.
Dengan perlambatan ekonomi global, potensi tarif dari AS, lambatnya pemulihan ekonomi Cina, dan tekanan biaya pada perusahaan, industri mewah memiliki banyak tantangan untuk dihadapi. Agar dapat bertahan, merek-merek barang mewah perlu menyesuaikan strategi mereka dan meyakinkan kembali pelanggan akan nilai barang mewah yang mereka tawarkan.