Laba Perusahaan Induk Zara Naik U$3,1 Miliar

Koleksi baru membantu mendorong penjualan.

Laba Perusahaan Induk Zara Naik U$3,1 Miliar
Salah satu gerai Zara. (Flickr/Mike Mozart)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Inditex, induk dari Zara dan pengecer mode terbesar di dunia, mencatat rekor laba bersih sebesar €2,8 miliar atau setara US$3,1 miliar pada paruh pertama tahun ini. Meskipun pertumbuhan penjualan melambat, grup asal Spanyol ini masih berhasil meningkatkan laba sebesar 10 persen, demikian isi laporan keuangan yang dirilis per 31 Juli.

CEO Inditex, Oscar Garcia Maceiras, dalam pernyataannya menyebutkan bahwa banyak faktor yang membuat perusahaan masih berumbuh. "esain dan kualitas produk fesyen, serta pengalaman yang ditawarkan kepada pelanggan, ditambah dengan efisiensi dan keberlanjutan operasi, menjadi kunci soliditas hasil perusahaan," ujarnya, mengutip Fortune.com (12/9).

Inditex juga memiliki merek-merek lain seperti Pull&Bear, Bershka, Massimo Dutti, dan Stradivarius. Koleksi musim semi dan musim panas Inditex mendapatkan sambutan positif dari konsumen, mendorong penjualan naik 7,2 persen menjadi €18,1 miliar. Meskipun lebih lambat dari pertumbuhan 13,5 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya, laba bersih Inditex masih mendekati ekspektasi para analis.

Pada Maret lalu, saham Inditex mencapai rekor tertinggi berkat optimisme terhadap penjualan musim semi dan kinerja kuat pada tahun 2023 yang membuatnya melampaui pesaing asal Swedia, H&M.

Dampak penurunan belanja konsumen dan persaingan

Raksasa ritel global umumnya menghadapi tantangan pascapandemi, dengan penurunan belanja konsumen di tengah ketidakpastian ekonomi. Tren ini juga mempengaruhi merek-merek mewah terbesar di dunia, tetapi beberapa pelanggan yang beralih dari merek-merek mewah kemungkinan meningkatkan penjualan Zara.

“Inditex mungkin diuntungkan oleh konsumen kelas atas yang tidak lagi mampu membeli merek-merek mewah karena kenaikan harga dan krisis biaya hidup,” kata Jelena Sokolova, analis senior ekuitas di Morningstar.

Selain itu, Inditex menghadapi persaingan ketat dari platform belanja murah seperti Shein asal Cina dan Primark dari Irlandia. Namun, perusahaan ini berfokus pada ekspansi di bawah kepemimpinan Garcia Maceiras yang ditunjuk pada tahun 2021. Eropa tetap menjadi pasar terbesar Inditex, namun mereka terus memperluas kehadiran di Asia dan Amerika Serikat, dengan rencana membuka 10 toko baru Zara di AS.

Inditex juga berencana meluncurkan layanan belanja live streaming di AS dan Inggris setelah sukses di Cina. Selain itu, mereka memperkenalkan platform ritel barang bekas di beberapa pasar Eropa tahun lalu.

“Inditex terus merebut pangsa pasar dari pesaingnya secara menguntungkan, dengan berhasil menanggapi tekanan inflasi pada 2022 melalui kenaikan harga, sambil membedakan diri dari segmen pasar murah, yang semakin ketat dengan kehadiran pesaing baru seperti Shein dan Temu,” kata Sokolova.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya