Studi Traveloka Ungkap Pergeseran Tren Pariwisata di Asia Pasifik

Petualangan alam jadi pilihan utama wisatawan Indonesia.

Studi Traveloka Ungkap Pergeseran Tren Pariwisata di Asia Pasifik
ilustrasi wisata (pexels.com/ Te lensFix)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Traveloka bersama YouGov merilis studi terbaru berjudul “Travel Redefined: Understanding and Catering to the Diverse Needs of APAC Travellers”. Studi ini melibatkan hampir 12.000 responden dari sembilan negara, termasuk lebih dari 2.000 responden dari Indonesia.

Hasilnya mengungkap berbagai kebiasaan dan preferensi perjalanan yang tengah berkembang di kawasan Asia Pasifik, memberikan panduan praktis bagi Industri Pariwisata untuk memahami tren dan menciptakan pengalaman perjalanan yang bermakna hingga tahun 2025 dan seterusnya.

Caesar Indra, President, Traveloka, mengatakan Asia Pasifik menawarkan banyak peluang, tapi keragamannya menuntut kreativitas dan pemahaman yang mendalam. Para pelaku industri harus memahami kebutuhan unik dari market yang dinamis ini agar dapat terus berkembang dalam lanskap pariwisata yang terus berubah.

"Karena itu kunci kesuksesan untuk memberikan pengalaman yang dicari para travellers adalah dengan menuangkan insights dari studi ini ke dalam strategi yang inovatif,” ujar Caesar.

Apa saja temuan menarik dari studi ini?

75% wisatawan memilih petualangan alam

Studi ini mengungkap bahwa 39 persen travellers di Indonesia ingin berlibur untuk mengunjungi tempat-tempat atraksi wisata. Wisata alam menjadi daya tarik utama, dengan 75 persen travellers lebih memilih berlibur ke destinasi alam seperti pegunungan dan taman nasional, lalu pantai dan daerah pesisir (65 persen), disusul tempat bersejarah atau budaya seperti museum atau istana (37 persen). 

Temuan ini juga menggarisbawahi bahwa daya tarik Indonesia didorong oleh keragaman geografisnya sebagai negara kepulauan.

Dibanding negara-negara lain seperti Jepang, di mana 62 persen travellers-nya memilih wisata sejarah dan budaya, preferensi masyarakat Indonesia menunjukkan rasa cinta yang besar terhadap aktivitas outdoor dan keindahan alam. 

Perjalanan domestik jadi pilihan

Di seluruh kawasan Asia Pasifik, perjalanan domestik menjadi faktor pendorong utama pemulihan industri pariwisata, termasuk di Indonesia. Sebanyak 70 persen travellers lebih memilih untuk berlibur di dalam negeri karena faktor kenyamanan dan harga yang lebih terjangkau, membuat destinasi-destinasi seperti Bali, Lombok, dan Yogyakarta semakin populer. Hal ini menandakan kota-kota di Indonesia semakin memiliki daya tarik di mata travellers.

Meskipun demikian, ada pengaruh harga terhadap pengambilan keputusan. Seperti halnya di sebagian besar kawasan Asia Pasifik, sensitivitas harga merupakan faktor penting bagi travellers Indonesia, dengan 46 persen responden menyebutkan bahwa harga terjangkau menjadi prioritas dalam memilih akomodasi.

Selain itu, 34 persen wisatawan Indonesia dipengaruhi oleh promosi dan diskon saat memilih destinasi. Hal ini menunjukkan bagaimana biaya, termasuk penawaran menarik, dapat memengaruhi travellers untuk mempertimbangkan pergi ke destinasi yang biasanya tidak mereka pilih.

Meningkatnya platform perjalanan digital

Travellers Indonesia sangat mengandalkan media sosial (56 persen) dan platform perjalanan (53 persen) sebagai alat utama untuk merencanakan perjalanan. Hal ini mencerminkan kepercayaan mereka semakin meningkat terhadap platform seperti Traveloka, yang memudahkan proses booking dengan berbagai pilihan yang fleksibel.

Jika dibandingkan dengan rata-rata hasil survei di kawasan Asia Pasifik yang menggunakan media sosial (42 persen) dan platform perjalanan (40 persen), data di Indonesia menunjukkan adanya engagement konsumen yang lebih tinggi dalam menggunakan alat digital, menandakan adopsi dan konektivitas digital yang kuat di Tanah Air. 

Tak hanya itu, perjalanan berkelanjutan semakin banyak dipilih. Sebanyak 86 persen travellers Indonesia mempertimbangkan nilai keberlanjutan dalam merencanakan liburan, lebih tinggi dari rata-rata regional (80 persen). Hal ini menjadi peluang besar bagi para penyedia layanan perjalanan berkelanjutan, seperti akomodasi ramah lingkungan dan inisiatif green tourism, untuk menarik minat travellers di Indonesia.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

IDN Channels

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya