Barang Mewah Lesu, Tiffany Perkecil Toko Flagship di Shanghai
Tantangan raksasa mewah global semakin berat.
Jakarta, FORTUNE - Tiffany & Co., pembuat perhiasan terkemuka milik LVMH, berencana mengurangi ukuran toko flagship-nyaq di Shanghai hingga setengahnya. Keputusan ini diambil seiring dengan anjloknya penjualan merek-merek mewah di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.
Toko dua lantai yang dibuka pada 2019 di Hong Kong Plaza, Shanghai, akan mengosongkan sekitar setengah dari luas totalnya yang mencapai lebih dari 12.000 kaki persegi. Ruang tersebut akan dikosongkan bulan ini, sementara pemilik bangunan, Lai Fung Holdings Ltd. sedang bernegosiasi dengan calon penyewa baru. Demikian dilaporkan Fortune.com.
Penurunan ini mencerminkan semakin beratnya tantangan bisnis yang dihadapi raksasa-raksasa mewah global di tengah perlambatan ekonomi dan krisis pasar properti di Cina.
Konsumen di negara tersebut menjadi semakin sensitif terhadap harga, beralih mencari penawaran lebih murah baik di pasar gelap maupun di luar negeri, seperti Jepang. Situasi ini telah memicu penurunan signifikan dalam penjualan merek-merek mewah, yang menghambat pertumbuhan dan menekan margin keuntungan.
Kafe tetap dipertahankan
Tiffany juga telah meminta pengurangan biaya sewa untuk toko utamanya di Shanghai. Meskipun ukuran toko berkurang, kafe Blue Box Tiffany, yang merupakan kafe pertama di Cina dan ketiga di dunia akan tetap beroperasi.
Merek yang telah berdiri selama 187 tahun ini masih belum mencapai target penjualan ambisius setelah diakuisisi oleh LVMH pada 2021. Belakangan ini, Tiffany menghadapi tantangan berupa keluarnya sejumlah karyawan yang pindah ke perusahaan pesaing. Tiffany juga mendapat tekanan dari merek-merek rival seperti Cartier, yang terus meningkatkan pangsa pasarnya.
Melihat lebih luas ke induk perusahaan, segmen jam tangan dan perhiasan LVMH mengalami penurunan pendapatan sebesar 3 persen pada paruh pertama tahun ini dibandingkan tahun lalu, menjadikannya salah satu sektor dengan kinerja terburuk. Selain itu, laba operasi segmen tersebut turun sebesar 19 persen.
Saham LVMH telah merosot selama lima hari berturut-turut, ini memperpanjang penurunan tahunan menjadi lebih dari 14 persen. Morgan Stanley juga menurunkan target harga LVMH karena kekhawatiran akan melemahnya permintaan dari pelanggan di Cina.