Haute Couture Cina Jadi Pemain Baru di Panggung Mode Dunia
Kolaborasi Timur dan Barat dalam haute couture di Cina.
Jakarta, FORTUNE - Desainer asal Cina semakin menunjukkan dominasinya di dunia Haute Couture. Perlahan tapi pasti mereka mendandani selebritas global seperti Rihanna hingga keluarga kerajaan, sekaligus memperkuat kehadiran mereka di catwalk internasional.
Haute couture, istilah dalam bahasa Prancis yang berarti "high dressmaking" atau adibusana, sebelumnya selalu identik dengan budaya Paris. Namun, kini desainer asal Cina mulai membuktikan bahwa mode tinggi tidak lagi eksklusif milik Prancis atau dunia Barat. Melansir scmp.com, Kamis (21/11), beberapa desainer sudah menunjukkan karya ikoniknya dan merebut perhatian para selebritas.
Salah satu sosok yang menonjol adalah Guo Pei, desainer kelahiran Beijing. Karyanya yang ikonik, gaun emas yang dikenakan Rihanna pada Met Gala 2015, kini menjadi bagian dari pameran tunggal di museum M+ Hong Kong. Sementara itu, Grace Chen, desainer Cina pertama yang lulus dari Fashion Institute of Technology New York pada 1999, telah mendandani nama-nama besar seperti Oprah Winfrey dan ibu negara Cina Peng Liyuan.
Fang Yang, desainer di balik label Atelier by Fang, juga menarik perhatian dengan desainnya yang terinspirasi dari budaya Asia, dikenakan oleh selebritas seperti Gong Li dan Angelababy.
Melejitnya pamor haute couture di Cina didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang pesat, yang meningkatkan daya beli sekaligus minat masyarakat terhadap mode mewah.
“Banyak anak muda di Cina yang sangat antusias dengan mode tinggi. Mereka mencari sesuatu yang spesial untuk acara tertentu, mungkin hanya membeli satu atau dua kali seumur hidup mereka,” ungkap Robert Wun, desainer asal Hong Kong yang pernah merancang pakaian untuk Beyoncé dan Lady Gaga.
Tren mode juga semakin banyak dipengaruhi oleh budaya lokal. Desain seperti hanfu dengan sentuhan modern dan qipao yang disesuaikan untuk gaya hidup perkotaan kini menjadi favorit.
Tradisi bertemu inovasi
Desainer Hu Sheguang, keturunan Mongolia, menjadi contoh bagaimana tradisi dipadukan dengan inovasi. Koleksi "Silk Road"-nya pernah dipamerkan di National History Museum London, sementara koleksi "Northeast Floral"-nya yang menampilkan pola bunga peony besar viral di media sosial.
“Kesuksesan ini mencerminkan meningkatnya rasa percaya diri etnis dalam budaya tradisional,” ujar Hu. “Tujuan saya adalah membantu lebih banyak orang memahami dan menghargai kekayaan budaya ini.”
Industri haute couture kini menjadi ajang pertukaran budaya antara Timur dan Barat. Sementara desainer Barat mulai mengintegrasikan simbol budaya China ke dalam karya mereka, desainer Timur semakin berani mengeksplorasi siluet dan warna baru.
Namun, menurut Wun, yang penting adalah merayakan kreativitas individu. “Bakat harus berbicara sendiri di panggung global,” tegasnya.
Dengan pertumbuhan yang pesat dan talenta yang menjanjikan, para desainer haute couture Cina diprediksi akan terus mengukir nama besar di dunia mode internasional dalam beberapa tahun mendatang.