Jakarta, FORTUNE – Pasar perdagangan kripto kembali bergairah, salah satunya tercermin dari aktivitas pembelian ETF Bitcoin Blackrock Spot senilai US$100 juta yang dilakukan oleh negara bagian Wisconsin, Amerika Serikat.
Media coindesk.com memberitakan bahwa negara bagian Wisconsin membeli 94,562 saham iShares Bitcoin Trust (IBIT) BlackRock senilai US$100 juta pada kuartal I tahun ini. Usai informasi ini menyebar, Bitcoin naik 1 persen mencapai US$61.957 per keping, pada perdagangan Selasa (14/5).
Analis senior ETF Bloomberg Intelligence, Eric Balchunas menulis dalam sebuah unggahan di X, perihal aksi Wisconsin sebagai negara bagian pertama yang mengungkapkan membeli Bitcoin dalam laporan triwulanan 13F ke Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC).
“Biasanya Anda tidak akan mendapatkan institusi ikan besar ini di 13F selama satu tahun atau lebih (ketika ETF mendapatkan lebih banyak likuiditas) namun seperti yang telah kita lihat, ini bukanlah peluncuran biasa,” kata Balchunas. "Pertanda baik, berharap lebih banyak, karena institusi cenderung bergerak secara berkelompok."
Coindesk.com melaporkan, pasar mengamati pengungkapan–Wisconsin–ini untuk melihat apakah ada dana TradFi besar yang diinvestasikan dalam ETF bitcoin sejak diluncurkan awal tahun ini.
Adapun, pengelola aset Wisconsin adalah dewan investasi yang juga dikenal sebagai SWIB, dan mengelola aset negara bagian tersebut, lebih dari US$156 miliar, baik dalam bentuk Wisconsin Retirement System (WRS), Dana Investasi Negara (SIF), dan dana perwalian negara lainnya.
Gara-gara inflasi AS
Beberapa hari setelah informasi tersebut mencuat, Data CoinMarketCap menunjukkan harga Bitcoin (BTC) kembali melesat menyentuh kisaran US$66.000 pada Kamis (16/5), sejak pertengahan April lalu. Hal ini diikuti oleh kenaikan aset kripto lainnya. Kenaikan ini mencapai 7,41 persen dalam 24 jam, dan 8,17 persen dalam sepekan.
Analis kripto, Fahmi Almuttaqin, mengatakan bahwa kenaikan ini terjadi karena imbas rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang mereda, di mana Indeks Harga Konsumen (CPI) bulan April di angka 3,4 persen, turun dari bulan sebelumnya sebesar 3,5 persen. “Kenaikan tersebut senada dengan yang terjadi di pasar saham AS dengan indeks seperti S&P 500, Nasdaq, dan DJIA, yang kompak menghijau setelah rilis data tersebut,” katanya dalam keterangan pers, Kamis (16/5).
Secara bulanan, inflasi AS pada bulan April 2024 berada di kisaran 0,3 persen, atau melandai dibandingkan Maret yang tercatat 0,4 persen. Sementara, inflasi inti di luar harga energi dan pangan melandai ke 3,6 persen secara tahunan pada April 2024, dari 3,8 persen (yoy) pada Maret 2024.
Pasar kripto kembali bergairah
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mengatakan bahwa penurunan inflai AS telah memicu peningkatan aktivitas di pasar Bitcoin, dengan minat yang signifikan dari bank-bank besar global.
“Korelasi antara inflasi yang lebih rendah dan peningkatan investasi pada aset digital menunjukkan bahwa investor mungkin melihat Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap ketidakstabilan ekonomi," katanya dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, (16/5).
Dengan demikian, Fyqieh memperkirakan terdpat potensi penurunan suku bunga AS di masa depan. Meskipun The Fed telah mengadopsi pendekatan ‘wait and see” yang hati-hati, data terbaru mungkin mempercepat jangka waktunya. Namun, masih terdapat kekhawatiran mengenai kecepatan penurunan inflasi, yang dapat membatasi ruang lingkup penurunan suku bunga pada tahun ini.
"Pengembalian BTC ke level US$67.500 dapat mendukung pergerakan menuju harga US$69.000. Penembusan BTC di atas level resistensi tersebut dapat membuat kenaikan mencapai level tertinggi sepanjang masa US$73.808. Data ekonomi AS, pidato anggota The Fed, dan tren aliran pasar ETF BTC menjadi fokus utama ke depan," ujar Fyqieh.