Jakarta, FORTUNE - Setelah kemenangan Donald Trump pekan lalu, investasi semakin deras mengalir ke cryptocurrency. Bitcoin pun mencapai rekor baru, menembus angka US$87.000 untuk pertama kalinya pada Senin (11/11). Berdasarkan data CoinDesk, harga bitcoin berada di level US$87.083 pada pukul 3:45 sore dan mencatat kenaikan lebih dari 28 persen dalam sepekan terakhir. Demikian dilaporkan apnews.com
Kenaikan harga ini adalah bagian dari rally cryptocurrency yang dipicu kemenangan Trump dalam pemilu AS. Analis menyebut bahwa kenaikan ini berhubungan dengan harapan bahwa pemerintahan Trump akan "crypto-friendly," yang dapat menghasilkan kejelasan regulasi serta kebebasan yang lebih besar bagi industri.
Meski demikian, dunia crypto yang terkenal fluktuatif tetap sulit diprediksi. Beberapa pihak optimis, tetapi yang lain memperingatkan risiko investasi yang bisa mengancam. Hal itu beralasan, sebab cryptocurrency adalah bentuk uang digital yang tak memerlukan otoritas pusat seperti pemerintah atau bank, dan transaksi dicatat melalui teknologi blockchain. Bitcoin merupakan cryptocurrency terbesar dan tertua, disusul aset seperti Ethereum, Tether, dan Dogecoin.
Mengapa Bitcoin dan aset kripto lainnya melonjak?
Kenaikan ini banyak dikaitkan dengan hasil pemilu AS. Trump, yang dulunya skeptis terhadap kripto, kini menjanjikan untuk menjadikan AS sebagai pusat kripto dunia dan menciptakan cadangan strategis bitcoin. Selain itu, kampanye Trump menerima donasi dalam bentuk crypto dan ia bahkan menggaet simpati pendukung di konferensi bitcoin pada Juli lalu. Trump juga mendirikan perusahaan baru, World Liberty Financial, bersama keluarganya untuk memperdagangkan cryptocurrency.
Pelaku industri kripto menyambut kemenangan Trump, berharap adanya perubahan regulasi yang selama ini mereka dorong. Trump sebelumnya juga berjanji akan mencopot ketua Komisi Sekuritas dan Bursa AS, Gary Gensler, yang selama ini mendorong pengawasan ketat pada industri crypto.
Dalam catatan riset, analis Citi, David Glass dan Alex Saunders, menyebutkan bahwa rally crypto dimulai ketika Trump semakin diprediksi menang, dengan sentimen industri yang melihat Trump sebagai sosok "ramah-crypto" yang bisa membawa perubahan positif bagi regulasi.
Sebelum rally ini, bitcoin dan Aset Kripto lainnya sudah mengalami kenaikan signifikan, sebagian besar berkat kesuksesan awal dari spot bitcoin ETF yang disetujui regulator AS pada Januari lalu.
Risiko di balik euforia kenaikan aset kripto
Aset kripto seperti bitcoin memiliki sejarah fluktuasi nilai yang tajam. Saat pandemi COVID-19, harga bitcoin hanya US$5.000 dan mencapai puncak mendekati US$69.000 pada November 2021, sebelum anjlok saat Federal Reserve menaikkan suku bunga secara agresif. Di awal tahun lalu, harga bitcoin sempat di bawah US$17.000, tapi kembali naik seiring penurunan inflasi dan kesuksesan awal spot ETF.
Meskipun menjanjikan keuntungan, para ahli tetap menekankan kehati-hatian, terutama bagi investor pemula. "Investor sebaiknya hanya menggunakan dana yang siap mereka relakan untuk hilang," kata Susannah Streeter, kepala divisi keuangan di Hargreaves Lansdown.
Di sisi lain, dampak kepada lingkungan juga menjadi sorotan. Cryptocurrency seperti bitcoin dihasilkan melalui proses “mining” yang mengonsumsi energi besar. Penelitian dari Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan bahwa jejak karbon dari penambangan bitcoin pada 2020-2021 setara dengan pembakaran 84 miliar pon batu bara atau menjalankan 190 pembangkit listrik berbahan bakar gas alam.
Di AS, Administrasi Informasi Energi mencatat permintaan listrik dari penambangan crypto meningkat pesat. Estimasi awal menunjukkan bahwa konsumsi listrik dari penambangan crypto mencakup 0,6 persen hingga 2,3 persen dari konsumsi listrik AS.
Para analis menyebut bahwa sumber energi yang digunakan dalam proses mining memiliki dampak besar terhadap lingkungan, sehingga keberlanjutan energi menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dalam perkembangan industri kripto ke depannya.