Jakarta, FORTUNE - PT Indika Energy Tbk (INDY) terus memperkuat bisnis non-batubara. Melalui entitas usahanya, PT Indika Multi Properti (IMP) dan PT Indika Inti Corporindo (IIC), perseroan mendirikan anak usaha baru yang bergerak di sektor bisnis solusi berbasis alam.
Mengutip laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan baru bernama PT Laras Ekosistem Organik (PT Laras). Pendirian PT Laras tersebut telah dinyatakan dalam Akta Pendirian No. 05 tertanggal 1 November 2023 yang dibuat di hadapan Ungke Mulawanti, SH., M.Kn., Notaris dan telah mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik melalui Surat Keputusan No. AHU0083552.AH.01.01.Tahun 2023 tanggal 2 November 2023.
Adapun, struktur kepemilikan modal pendirian PT Laras yang didirikan dengan modal senilai Rp15 miliar ini, sebanyak 99,99 persen atau Rp14.999.000.000 dimiliki IMP sedangkan 0,01 persen atau Rp1.000.000 dimiliki IIC.
"Penyertaan saham IMP dan IIC dalam PT Laras merupakan kelanjutan langkah Perseroan secara grup untuk melakukan ekspansi usaha di sektor solusi berbasis alam," kata Sekretaris Perusahaan Indika , Adi Pramono dalam keterangannya, dikutip dari laman BEI Selasa (7/11).
PT Laras akan melakukan kegiatan usaha aktivitas konsultasi manajemen lainnya, perdagangan besar kopi, teh dan kakao.
Diversifikasi bisnis batu bara
Dalam beberapa waktu terakhir, perusahaan terlihat cukup agresif mengembangkan bisnis kendaraan listrik dan perlahan mengurangi kontribusi bisnis batu bara.
Sebelumnya, Indika diketahui melepas kepemilihan saham PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU), melalui PT Indika Indonesia Resources (IIR) dan Indika Capital Investments Pte. Ltd. (ICI) kepada PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), emiten yang terafiliasi dengan pengusaha Prajogo Pangestu.
Berdasarkan ketentuan CSPA, CUAN akan membeli semua atau 2,26 miliar saham di MUTU, termasuk Hak Pemasaran terkait yang dimiliki oleh ICI dengan total nilai transaksi US$218 juta.
MUTU adalah perusahaan pertambangan batu bara termal dan batu bara metalurgi bituminous yang berlokasi di Kalimantan Tengah. Perusahaan memiliki PKP2B (Perjanjian Kontrak Karya Pertambangan Batubara) generasi ke-3 dengan area konsesi yang luas mencapai 24.970 hektar. Sejak memulai produksi pada 2016, MUTU telah menunjukkan pertumbuhan dan mencapai rekorlaba pada 2022.
Laba bersih turun
Indika Energy membukukan penurunan pendapatan sepanjang Januari-September 2023 sebesar 26,6 persen menjadi US$2,29 miliar. Sejalan dengan itu, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk INDY turun 72,2 persen menjadi US$93,8 juta pada Januari-September 2023 dari periode sama tahun sebelumnya US$338,39 juta.
Vice President Director dan Group CEO Indika Energy, Azis Armand, mengatakan penurunan pendapatan terutama berasal dari Kideco Jaya Agung (Kideco) yang mencatat penurunan 23,0 persen menjadi US$1,70 juta yang disebabkan penurunan volume produksi dan harga jual rata-rata batu bara.
"Pada sembilan bulan pertama 2023 Kideco menjual 22,6 juta ton batu bara atau turun 14,3 persen dibandingkan dengan penjualan 26,3 juta ton batu bara pada periode yang sama tahun sebelumnya akibat dari penurunan target produksi tahunan sebesar 31 juta ton pada tahun 2023 dibandingkan 34 juta ton pada tahun 2022,” kata dia dalam pernyataannya yang dikutip Jumat (3/11).