Jakarta, FORTUNE – PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) mencatatkan kinerja positif sepanjang 2023 dengan memperoleh kenaikan laba bersih dan pendapatan.
Laporan keuangan perusahaan 31 Desember 2023 menunjukkan AUTO membukukan laba bersih Rp1,84 triliun atau naik 38,9 persen secara tahunan dibandingkan dengan laba bersih tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,32 triliun.
Kenaikan tersebut didorong peningkatan pada sektor pendapatan pada 0,37 persen menjadi Rp18,64 triliun, dibandingkan dengan periode 2022 yang sebesar Rp18,57 triliun.
Berdasarkan segmen bisnisnya, pendapatan dari divisi manufaktur komponen otomotif AUTO mencapai Rp10,54 triliun, diikuti oleh pendapatan dari divisi perdagangan atau trading sebesar Rp8,10 triliun.
Sementara itu, pendapatan yang diperoleh dari pihak ketiga lokal turun dari Rp10,42 triliun pada tahun sebelumnya menjadi Rp10,35 triliun pada 2023.
Penjualan ekspor juga turun menjadi Rp1,50 triliun dibandingkan dengan Rp1,58 triliun pada tahun sebelumnya.
Meskipun pendapatan secara keseluruhan naik, beban pokok yang ditanggung AUTO ditekan 2,01 persen menjadi Rp15,57 triliun, lebih rendah ketimbang Rp15,89 triliun pada tahun sebelumnya.
Pada akhir 2023, saldo kas dan setara kasnya mencapai Rp2,74 triliun atau meningkat 32,27 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,07 triliun.
Berdasarkan laporan neraca, total aset perusahaan menjadi Rp19,61 triliun per akhir Desember 2023, naik dari Rp18,52 triliun pada 2022.
Mendorong ekspor dan melakukan diversifikasi bisnis
PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) telah berkomitmen untuk terus meningkatkan pasar ekspor ke negara-negara baru mengingat penjualan ekspornya hingga kuartal III-2023 sempat turun.
Direktur Astra Otoparts Tujuh Martogi Siahaan mengatakan penurunan itu disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya, kondisi perekonomian beberapa negara tujuan ekspor masih belum pulih dari pandemi Covid-19.
Selain itu, beberapa negara lain menghadapi inflasi dan suku bunga tinggi. Tidak hanya itu, nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor ada yang mengalami pelemahan dolar Amerika Serikat.
“Beberapa negara inflasi dan suku bunga tinggi, dan pelemahan nilai tukar mereka terhadap dolar,” kata dia dalam paparan publik secara virtual (15/11).
Saat ini, katanya, ada tren perubahan di beberapa negara untuk melihat peluang pada sektor kendaraan listrik (EV), yang memunculkan persaingan ketat bagi perseroan.
Untuk meningkatkan kinerjanya, diversifikasi menjadi salah satu fokus strategi AUTO, seperti merambah penyediaan mesin pengisian baterai kendaraan listrik, serta melanjutkan pengembangan produk non-otomotif untuk memperpanjang langkah perseroan dalam jangka panjang.