Jakarta, FORTUNE - Emiten teknologi Grup Djarum, PT Global Digital Niaga Tbk atau Blibli (BELI) akan melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMED atau non HMETD) alias private placement.
Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Blibli menjelaskan bahwa pihaknya akan melaksanakan private placement dengan menerbitkan saham baru sebanyak 4.900.240.527 saham.
PMTHMETD akan dilakukan dengan harga pelaksanaan Rp460 per lembar saham, sehingga keseluruhan nilainya Rp2,25 triliun.
"Seluruh saham baru tersebut akan diambil bagian oleh PT Lingkarmulia Indah, yang merupakan pihak terafiliasi dari perseroan," kata manajemen Global Digital Niaga seperti dikutip dalam keterangannya.
Berdasarkan laporan tahunan Blibli 2023, terungkap bahwa PT Lingkarmulia Indah sebanyak 49 persen sahamnya dipegang oleh Michael Bambang Hartono, dan 51 persen sahamnya dimiliki oleh Robert Budi Hartono. Artinya, Lingkarmulia Indah dimiliki langsung oleh Hartono Bersaudara.
Lingkarmulia Indah sendiri tercatat memiliki 89,61 persen saham atas PT Global Digital Prima, dengan Global Digital Prima mendekap 99,99 persen PT Global Investama Andalan yang merupakan pengendali BELI.
Adapun pembayaran pembelian dan distribusi saham tambahan dari private placement itu akan dilanjutkan pada 22 Oktober 2024. Saham baru itu akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 23 Oktober 2024.
Setelah pelaksanaan private placement, maka jumlah modal ditempatkan dan modal disetor BELI akan meningkat menjadi Rp32,02 triliun.
Kinerja Blibli selama paruh pertama 2024
Sebelumnya, berdasarkan laporan keuangan semester pertama 2024, PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) mencatatkan penurunan rugi tahun berjalan sebesar 32,9 persen pada semester pertama 2024 menjadi Rp1,18 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023 yang mencapai Rp1,76 triliun.
Turunnya kerugian ini disebabkan oleh kenaikan pendapatan bersih BELI sebesar 1 persen per Juni 2024 menjadi Rp7,85 triliun secara tahunan, dibandingkan Rp7,77 triliun pada 2023. Meskipun pendapatan meningkat, beban pokok pendapatan justru turun 3 persen per Juni 2024, menjadi Rp6,3 triliun dibandingkan dengan Juni 2023 yang sebesar Rp6,5 triliun.