PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) mengumumkan pengunduran diri empat petinggi perseroan dari jajaran Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Empat petinggi Erajaya yang mundur adalah Komisaris Utama Ardy Hady Wijaya, Elly, Mitchella Ardy Hady Wijaya, dan Keith Ardy Hady Wijaya selaku Direktur ERAA.
Erajaya telah menerima surat permohonan pengunduran diri pada 31 Januari 2025. Adapun alasan pengunduran diri Komisaris Utama dan tiga direktur Erajaya karena alasan pribadi.
Pengunduran diri empat petinggi Erajaya akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ERAA dalam waktu dekat.
Diketahui, Ardy Hady Wijaya diangkat sebagai Komisaris Utama Erajaya pada 1998 dan kemudian dipercaya kembali untuk memegang posisi tersebut berdasarkan Akta Berita Acara RUPS Tahunan ERAA Nomor 08 pada 23 Juni 2022.
Mitchella Ardy Hady Wijaya diangkat sebagai Direktur ERAA sejak 6 September 2023. Ia adalah anak kandung dari Ardy Hady Wijaya. Keith Ardy Hady Wijaya, yang juga berstatus sama, diangkat sebagai Direktur ERAA pada RUPSLB 6 September 2023.
Sementara itu, Elly, yang menjabat sebagai Direktur Erajaya sejak 30 Juni 2023. Ia tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham utama.
Pergerakan saham ERAA dan kinerjanya
Saham emiten ritel dan distribusi perangkat elektronik, ERAA, tercatat turun 10 poin atau 2,60% ke level Rp374. Saham Erajaya turun signifikan dalam sebulan terakhir dari level Rp420 pada 3 Januari 2025.
Secara kinerja, PT Erajaya Swasembada Tbk mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp856,86 miliar pada tahun buku 2023.
Laba ERAA mengalami penurunan sebesar 20,44% secara tahunan (YoY). Pada periode yang sama tahun lalu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp1,01 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan laba ERAA disebabkan oleh kenaikan beban pokok penjualan, beban penjualan dan distribusi, serta beban umum dan administrasi.
Beban pokok penjualan melonjak menjadi Rp53,69 triliun pada 2023, dibandingkan dengan Rp44,10 triliun pada 2022. Sementara itu, beban penjualan dan distribusi naik menjadi Rp2,66 triliun dari Rp2,18 triliun.
Di sisi lain, penjualan neto tumbuh 22,44% YoY, mencapai Rp60,13 triliun pada 2023, dibandingkan dengan Rp49,47 triliun pada 2022. Meski penjualan tumbuh, laba bersih turun, sehingga laba per saham yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk anjlok menjadi Rp52,34, dari Rp63,87 pada 2022.
Dari sisi neraca, total aset perseroan tercatat Rp20,44 triliun per 31 Desember 2023, tumbuh 17,64% YoY dari Rp17,05 triliun pada 31 Desember 2022. Namun, liabilitas naik menjadi Rp12,31 triliun pada 31 Desember 2023, dari Rp9,83 triliun pada tahun sebelumnya. Sementara itu, ekuitas meningkat menjadi Rp8,13 triliun dibandingkan dengan Rp7,20 triliun pada 2022.