Ada Koreksi Target Harga Saham BBCA, Jadi Berapa?

Kinerja emiten perbankan ini sangat baik pada 2024.

Ada Koreksi Target Harga Saham BBCA, Jadi Berapa?
Ilustrasi Bank Central Asia (BCA) (bca.co.id)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Harga saham BCA turun 8,59% atau 850 poin YTD hingga Februari 2025
  • Investor asing jual bersih Rp839,9 miliar saham BCA dalam seminggu terakhir
  • BBCA catat laba bersih Rp54,8 triliun, proyeksi saham direkomendasikan untuk "buy"

PT Bank Central Asia Tbk (BCA">BBCA) atau BCA berhasil mencatatkan kinerja yang sangat baik sepanjang 2024 sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun, harga Saham BBCA justru mengalami penurunan sebesar 8,59% atau 850 poin sepanjang tahun berjalan (YTD) hingga Rabu (12/2), mencapai level Rp9.050 per saham.

Salah satu penyebab penurunan harga saham BBCA adalah aksi jual oleh investor asing. Tim Analis Bareksa mencatat sepekan terakhir periode 3–7 Februari 2025, investor asing melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp839,9 miliar di saham BBCA. Akibatnya, harga saham BBCA turun 1%.

Sejak awal 2025 hingga 7 Februari, saham BBCA tercatat turun sebesar 3,35% dengan total penjualan bersih asing sekitar Rp3,68 triliun.

Menurut analis, aksi jual saham BBCA oleh investor asing dipengaruhi oleh dua faktor utama dalam preferensi investasi mereka, yaitu kondisi makroekonomi Indonesia dan imbal hasil Obligasi Negara Amerika Serikat (US Treasury yield).

Penguatan dolar AS akibat kebijakan perang dagang Presiden Donald Trump membuat rupiah tertekan. Selain itu, melemahnya daya beli masyarakat, yang tecermin dari inflasi tahunan 2024 yang rendah sebesar 1,57%, makin memperburuk situasi tersebut.

Meski begitu, BBCA diprediksi akan tetap mencatatkan kinerja solid berkat likuiditas yang cukup dengan rasio Loan-to-Deposit Ratio (LDR) 78% dan kualitas pinjaman yang baik dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) 1,8%, sehingga dapat mencapai target pertumbuhan kredit 6–8%.

Diketahui, NPL BBCA telah turun tipis sebesar 0,1% dibandingkan dengan 1,9% pada 2023. Selain itu, rasio pembiayaan berisiko BBCA (LAR) juga turun 1,6%, dari 6,9% pada 2023 menjadi 5,3% pada 2024. LAR sendiri merupakan gabungan antara NPL dan pinjaman yang direstrukturisasi namun masih tergolong lancar.

Ringkasan kinerja keuangan BCA sepanjang 2024

  1. Laba Bersih: Rp54,8 triliun, tumbuh 12,7% YoY
  2. Penyaluran Kredit: Rp922 triliun, tumbuh 13,8% YoY
  3. Kredit Korporasi: Tumbuh 15,7% YoY menjadi Rp426,8 triliun
  4. Kredit Komersial: Naik 8,9% YoY menjadi Rp137,9 triliun
  5. Kredit UKM: Tumbuh 14,8% YoY menjadi Rp123,8 triliun
  6. Kredit Konsumer: Naik 12,4% YoY menjadi Rp223,7 triliun
  7. CASA: Tumbuh 4,4% menjadi Rp924 triliun
  8. Rasio Kredit Berisiko (LAR): 5,3%
  9. Rasio Kredit Bermasalah (NPL): 1,8%

Prospek saham BBCA

Tim Analis Bareksa memproyeksi bahwa kondisi ekonomi bisa menyebabkan penurunan Net Interest Margin (NIM) perbankan, termasuk BBCA. Hal ini disebabkan margin bunga umumnya berhubungan dengan kondisi ekonomi.

Saat ekonomi memburuk, bunga kredit cenderung naik untuk mengantisipasi risiko kredit macet. Sedangkan saat ekonomi membaik, bunga kredit bisa menurun.

BBCA mencatatkan NIM sebesar 5,8% pada 2024. Jika ekonomi terus membaik, NIM BBCA bisa tertekan.

Namun, peningkatan ekonomi juga berpotensi mendorong volume penyaluran kredit, sehingga kinerja kredit BBCA tetap positif. Dengan prospek ekspansi kredit yang kuat, saham BBCA tetap menarik bagi investor jangka panjang.

Saham BBCA tetap direkomendasikan untuk buy dengan target harga Rp11.600 per saham, yang mencerminkan rasio harga saham terhadap nilai buku (PBV) 4,3 kali pada 2025.

Di samping itu, riset MNC Sekuritas juga merekomendasikan buy saham BBCA, tapi dengan target diturunkan dari Rp12.400 menjadi Rp11.300. Target harga baru ini mencerminkan estimasi PBV sebesar 5,2 kali untuk 2025 dan 4,7 kali untuk 2026.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

IDN Channels

Most Popular

Perkuat Kualitas Calon Emiten IPO, OJK Siapkan Sejumlah Langkah Ini
Merger Honda-Nissan Tertunda, Mimpi Raksasa Baru Mobil Jepang Kandas ?
BPS: Produksi Beras Januari–Maret 2025 Bisa Capai 8,67 Ton
10 Tren Bisnis 2025 yang Menguntungkan dan Potensial
Main Saham Halal atau Haram? Ini Menurut Fatwa MUI
19 Perusahaan dalam Pipeline IPO, 18 di Antaranya Beraset Jumbo