PT Daya Intiguna Yasa Tbk atau lebih dikenal MR DIY resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham dengan kode emiten MDIY ini mulai diperdagangkan seiring dengan pencatatan saham (listing) pada Kamis (19/12).
MR DIY menetapkan harga Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) sebesar Rp1.650 per lembar saham. Kemudian, MDIY menerbitkan 2.519.039.400 saham yang berasal dari portepel.
Jumlah tersebut mewakili 10 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO. Terdiri dari 1 persen saham baru yang diterbitkan oleh MDIY dan 9 persen saham milik Azara Alpina Sdn. Bhd. selaku pemegang saham penjual. Dengan demikian, total dana yang berhasil dihimpun dari IPO MR DIY mencapai Rp4,15 triliun.
Pergerakan saham MDIY saat debut IPO
Setelah resmi melantai di bursa, harga saham MDIY langsung mengalami penurunan drastis dan mencapai auto reject bawah (ARB), atau turun 24,85 persen ke harga Rp1.240 pada pukul 09.01 WIB, dari Rp1.650 per lembar saham.
Namun, pada pukul 10.00 WIB, data perdagangan mencatat harga saham MDIY menguat 7,58 persen ke level Rp1.775 per lembar saham.
Adapun volume saham yang diperdagangkan tercatat mencapai 309,78 juta saham dengan total transaksi senilai Rp511,5 miliar. Frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 71.646 kali.
Sementara itu, kapitalisasi pasar MDIY berada di level Rp44,71 triliun. MDIY tercatat mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 1,04 kali dalam penawaran umum perdana.
Fokus penggunaan dana MDIY
Dalam prospektus, dana yang dikumpulkan MDIY dari IPO ini akan difokuskan untuk mendukung pembukaan toko-toko baru serta memperluas jaringan guna memperkuat kehadiran MDIY di pasar ritel domestik.
Selain itu, dana akan digunakan sebagai modal kerja operasional untuk memastikan kelancaran operasional dan mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
Menurut data Frost & Sullivan, pasar ritel non-grocery di Indonesia memiliki potensi pasar (Total Addressable Market/TAM) sebesar 18,4 miliar dolar AS. Segmen ini diperkirakan akan tumbuh sebesar 8 persen per tahun (CAGR) pada 2023 hingga 2028, didorong oleh faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, peningkatan jumlah penduduk, dan kenaikan pendapatan.
Dengan pangsa pasar hanya 1,9 persen pada 2023, perseroan melihat peluang besar untuk memperbesar posisi pasarnya di tengah kondisi yang positif tersebut.