Jakarta, FORTUNE - PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) membukukan rugi bersih US$20,65 juta atau sekitar Rp318,93 miliar sepanjang 2023. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan capaian laba pada tahun sebelumnya yang sebesar US$58,42 juta.
Kerugian tersebut disebabkan lonjakan beban pokok hingga 121,36 persen dari US$705,22 juta pada 2022 menjadi US$1,57 miliar tahun lalu. Sementara, lonjakan pendapatan hanya 96,20 persen dari US$869,88 juta menjadi US$1,70 miliar atau sekitar Rp26,35 triliun.
Akibatnya, laba kotor perusahaan merosot 11,52 persen menjadi US$145,68 juta atau sekitar Rp2,3 triliun, sedangkan EBITDA persusahaan naik 2,6 persen menjadi US$242 juta.
Kenaikan pendapatan MDKA tahun lalu ditopang penjualan ekspor pihak ketiga yang mencapai US$1,03 miliar, sementara penjualan domestik mencapai US$673,62 juta.
Dari sisi segmen usaha, penjualan emas MDKA dari tambang emas Bukit Tujuh turun menjadi 129.867 ons dibandingkan dengan 134.411 ons pada tahun sebelumnya. Meski begitu, harga rata-rata emas granule yang dijual MDKA naik menjadi US$1.939/ons dari US$1.803/ons pada 2022.
"Penurunan penjualan emas disebabkan oleh waktu penjualan, yang baru akan diakui [tercatat] selama kuartal pertama 2024," demikian keterangan MDKA dalam keterangan resminya yang dikutip Kamis (28/3).
Penjualan tembaga dari tambang Wetar turun menjadi 13.217 ton dari 20.338 ton pada 2022. Harga jual rata-rata tembaga tahun lalu US$8.578/ton, naik tipis dari US$8.822/ton pada 2022.
"Penurunan penjualan tembaga sejalan dengan produksi tembaga yang lebih rendah yang disebabkan oleh gangguan tidak terjadwal dalam pengiriman bahan peledak akibat keterlambatan perizinan. Produksi tembaga juga terpengaruh oleh kinetika pelarutan yang lebih lambat dan kandungan lempung yang lebih tinggi dalam bijih yang disimpan untuk pengolahan di masa depan," begitu keterangan lebih lanjutnya.
Peningkatan beban pendapatan
Beban terbesar emiten Saratoga tersebut berasal dari biaya pengolahan yang naik lebih dari tiga kali lipat menjadi US$1,42 miliar.
Ini disebabkan oleh mulai berjalannya perluasan produksi nickel pig iron (NPI) usai smelter PT Zhao Hui Nickel beroperasi serta biaya akuisisi 60 persen untuk smelter converter nickel matte PT Huaneng Metal Industry pada Juni 2023.
Jika ditotal, beban biaya yang timbul untuk produksi NPI mencapai US$814 juta, melonjak US$383 juta dari 2020.
Biaya pengolahan nickel matte mencapai US$423 juta, yang lebih dari 90 persennya berkenaan dengan pembelian low-grade nickel matte, salah satu bahan baku utama untuk menghasilkan high-grade nickel matte.