Jakarta, FORTUNE - Nilai Tukar Rupiah kembali ke bawah level psikologis Rp16.000 per US$ hari ini.
Setelah ditutup Rp16.027 per US$ atau menguat 0,45 persen pada akhir perdagangan Rabu (15/5), rupiah pagi tadi dibuka Rp15.940 per US$.
Hingga akhir sesi pertama perdagangan, Kamis (16/5), rupiah masih bertahan pada Rp15.945 per US$ pada pukul 13.00 WIB.
Tercatat, rupiah telah terapresiasi 82,50 poin atau 0,51 persen dari penutupan perdagangan kemarin.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp16.000 per US$ usai libur panjang Idulfitri pada 16 April lalu.
Saat itu, rupiah terdepresiasi 239,5 poin atau 1,51 persen ke Rp16.087 per US$—dari posisi US$15.848 pada Jumat (5/4) sore sebelum libur panjang.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan data inflasi (consumer price index/CPI) Amerika Serikat pada April yang baru saja dirilis tadi malam menjadi faktor penguatan rupiah hari ini.
Pasalnya, CPI Amerika menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan dengan Maret 2024.
Data penting yang juga dirilis bersamaan dengan CPI adalah data penjualan ritel AS dan indeks manufaktur area New York yang mencatat penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
"Hal ini memberikan sentimen positif untuk aset berisiko, karena penurunan ini memperbesar peluang pemangkasan suku bunga acuan AS," ujarnya kepada Fortune Indonesia.
Dari dalam negeri, neraca perdagangan April yang masih surplus dan pertumbuhan PDB kuartal pertama 2024 yang konsisten di atas lima persen juga memberikan sentimen positif untuk rupiah.
"Rupiah berpotensi menguat lagi terhadap dolar AS hari ini dan mungkin berpeluang ke bawah Rp16.000 per US$, dengan support Rp15.950, dan potensi resisten di kisaran 16.050," katanya.
Pergerakan mayoritas mata uang kawasan Asia juga menguat pada perdagangan hari ini.
Yen Jepang menguat 0,41 persen, dolar Hong Kong naik 0,07 persen, dolar Singapura naik 0,09 persen, dolar Taiwan naik 0,32 persen, dan won Korea naik 1,03 persen.
Kemudian, peso Filipina naik 0,44 persen, rupe India menguat 0,01 persen, yuan Cina naik 0,02 persen, ringgit Malaysia naik 0,41 persen, dan bath Thailand naik 0,61 persen.
Mata uang negara maju pun bergerak menguat, dengan euro naik 0,06 persen, poundsterling naik 0,06 persen, dan franc Swiss naik 0,11 persen.
Adapun dolar Kanada turun 0,13 persen.