Rupiah Dibuka Loyo ke Rp15.880 per US$, dan Ditaksir Turun ke Rp15.900

Dibarengi variasi pergerakan mata uang kawasan.

Rupiah Dibuka Loyo ke Rp15.880 per US$, dan Ditaksir Turun ke Rp15.900
Ilustrasi Bank Indonesia dalam Uang/Shutterstock E.S Nugraha
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Nilai tukar rupiah melemah 0,15% ke Rp15.880 per US$ pada Senin (1/4) pagi.
  • Yen Jepang menguat 0,05%, dolar Singapura naik 0,03%, dan rupe India melemah 0,03% terhadap rupiah.
  • Rupiah berpotensi menguat usai data inflasi AS menurun dan laporan PMI Cina yang positif, namun tekanan dari faktor geopolitik masih tinggi.

Jakarta, FORTUNE - Nilai Tukar Rupiah dibuka melemah pada perdagangan Senin (1/4) pagi dengan penurunan 23,50 poin atau 0,15 persen ke Rp15.880 per US$.

Pada Kamis (28/3) sore, rupiah ditutup pada level Rp15.856 per US$ atau naik tipis 1 poin (0,01 persen).

Pelemahan itu dibarengi variasi pergerakan mata uang kawasan Asia pagi ini.

Yen Jepang menguat 0,05 persen, dolar Singapura naik 0,03 persen, dolar Taiwan naik 0,01 persen, won Korea naik 0,03 persen, peso Filipina naik 0,10 persen, dan ringgit Malaysia naik 0,01 peresn.

Sedangkan dolar Hongkong melemah 0,02 persen, rupe India melemah 0,03 persen, yuan Cina turun 0,06 persen, dan bath Thailand turun 0,08 persen.

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS hari ini usai lebih rendahnya data indikator inflasi AS yang dirilis pada Jumat (29/3) pekan lalu. 

Data Core PCE Price Index bulanan tercatat 0,3 persen atau lebih rendah dari level 0,5 persen pada bulan sebelumnya.

"Data inflasi AS yang sedikit menurun ini bisa meningkatkan ekspektasi pasar soal pemangkasan suku bunga acuan AS tahun ini yang bisa menekan dollar AS," ujarnya kepada Fortune Indonesia, Senin (1/4).

Faktor positif pendorong rupiah diperkirakan juga datang dari laporan data manufaktur PMI Cina pada minggu (31/3), yang menunjukkan pertumbuhan pada level 50,8, yang pada bulan sebelumnya dirilis mengalami kontraksi pada level 49,1.

Data PMI Cina tersebut, menurutnya, bisa memberikan sentimen positif untuk aset berisiko termasuk nilai tukar emerging markets seperti rupiah.

Meski demikian, tekanan dolar AS terhadap rupiah tampaknya masih akan cukup tinggi. Pasalnya, ketegangan geopolitik masih bisa mendorong sebagian pelaku pasar masuk ke aset aman dolar AS. 

"Dari dalam negeri sendiri, potensi inflasi ke depan dengan wacana kenaikan PPN dan defisit current account juga membebani rupiah. Oleh karena faktor di atas bisa menahan penguatan rupiah lebih lanjut, potensi penguatan rupiah hari ini ke arah Rp15.800 per US$ dan potensi pelemahan ke arah Rp15.900 per US$." jelasnya.

Analis pasar Lukman Leong memperkirakan rupiah akan dibuka datar dengan potensi menguat didukung oleh data ekonomi Cina yang kuat pada Ahad lalu.

"Namun, penguatan akan terbatas mengingat investor cenderung wait and see menantikan data inflasi Indonesia pagi ini. Range Rp15.800-15.950 per US$," ujarnya 

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

OPEC+ Sepakat Tunda Kenaikan Produksi Minyak Hingga November
Bisnis Manajemen Fasilitas ISS Tumbuh 5% saat Perlambatan Ekonomi
7 Jet Pribadi Termahal di Dunia, Harganya Fantastis!
Gagal Tembus Resisten, IHSG Diprediksi Konsolidasi
Fitur AI Jadi Alasan Canva Naikkan Harga hingga 300%
Pertamina Siapkan 15 Persen Belanja Modal untuk Transisi Energi