MARKET

Rupiah Melemah Tipis ke Posisi Rp15.790 pada Awal Pekan

Rupiah diramal menguat karena suntikan likuiditas di Cina.

Rupiah Melemah Tipis ke Posisi Rp15.790 pada Awal Pekanilustrasi uang (unsplash.com/ Mufid Majnun)
25 March 2024

Fortune Recap

  • Rupiah melemah 0,04 persen ke Rp15.790 per US$ dari pekan lalu
  • Bank sentral Swis memangkas suku bunga acuan sebanyak 2,5 basis poin menjadi 1,50 persen pada Kamis pekan lalu
  • Rupiah diperkirakan bergerak pada kisaran Rp15.750-15.850 per US$
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Nilai Tukar Rupiah melemah pada perdagangan Senin (25/3) pagi.

Mata uang domestik itu turun 0,04 persen ke posisi Rp15.790 per US$ dari penutupan pekan lalu pada level Rp15.783 per US$.

Analis pasar, Lukman Leong, memperkirakan rupiah akan melemah terhadap dolar AS yang masih melanjutkan penguatan.

Ini juga didorong oleh bank sentral Swis untuk memangkas suku bunga acuan sebanyak 2,5 basis poin menjadi 1,50 persen pada Kamis pekan lalu.

Selain itu, pernyataan pejabat Fed, Jerome Powell, bahwa salah satu pertimbangan menahan suku bunga adalah penurunan suku buga acuan FFR, belum tepat sampai adanya keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak mendekati target 2 persen.

"Investor merespons pemangkasan suku bunga oleh SNB minggu lalu sebagai langkah yg akan diikuti bank sentral lainnya. Dolar AS juga kembali didukung oleh pernyataan hawkish dari pejabat Fed [Raphael] Bostic," ujarnya kepada Fortune Indonesia, sembari menambahkan bahwa rupiah diperkirakan bergerak pada kisaran Rp15.750-15.850 per US$.

Sementara, pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menilai rupiah berpeluang menguat terhadap dolar AS menyusul kabar dari bank sentral China pagi ini yang menyuntikan 50 miliar yuan ke 7-day reverse repo. Hal tersebut ditengarai akan mendorong penguatan nilai tukar mata uang emerging terhadap dolar AS.

"Suntikan likuiditas ke pasar ini bisa membantu memulihkan perekonomian Cina yang juga memberikan sentimen positif untuk perekonomian negara yang berhubungan dengan Cina," katanya saat dihubungi Fortune Indonesia.

Pelaku pasar masih mencerna hasil rapat moneter Bank Sentral AS. Indeks dollar AS ditutup menguat 0,44 persen pada kisaran 104,43 pada hari terakhir perdagangan pekan lalu. 

Dolar AS sendiri bergerak menguat setelah keluarnya hasil rapat moneter FOMC Kamis dini hari lalu.

"Rupiah berpeluang menguat ke arah 15.680-15.700 dengan potensi resisten di kisaran 15.800," jelasnya.

Pasar, menurut Ariston, kelihatannya masih mencermati pernyataan Fed yang masih tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga—meskipun dalam proyeksi ekonominya, Fed bisa memangkas hingga 3 kali tahun ini dan 3 kali lagi tahun depan.

Apalagi, data-data ekonomi AS yang dirilis sesudah rapat menunjukkan kondisi manufaktur, perumahan dan tenaga kerja yang masih solid. Ini bisa mendukung sikap tidak terburu-buru Fed.

"Bila data-data ekonomi AS ke depan kembali menunjukkan pemburukan, pasar akan kembali berekspektasi positif soal pemangkasan suku bunga Fed dan dolar bisa melemah lagi," katanya.

Mata uang kawasan Asia pagi ini terpantau begerak bervariasi.

Yen Jepang turun 0,21 persen, dolar Hongkong naik 0,03 persen, dolar Taiwan naik 0,38 persen, won Korea melemah 0,20 persen, peso Filipina turun 0,03 persen, yuan Cina naik 0,43 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,19 persen.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.