Jakarta, FORTUNE - Nilai Tukar Rupiah dibuka tertekan pada perdagangan Senin (24/6) pagi dengan pelemahan 21,50 poin atau 0,33 persen ke Rp16.472 per US$.
Pada Jumat (21/6) sore, rupiah ditutup turun dengan pelemahan 20 poin atau 0,12 persen ke level Rp16.450 per US$.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, memperkirakan rupiah berpotensi kembali mengalami pelemahan pada hari ini. Pasalnya, data PMI Amerika Serikat bulan Juni versi S&P yang dirilis Jumat malam memperlihatkan kondisi bisnis manufaktur dan jasa di Amerika Serikat yang lebih bagus dari proyeksi pasar dan masih bertumbuh.
Kondisi ini bisa mendorong kembali kenaikan inflasi sehingga Bank Sentral AS akan semakin enggan memangkas suku bunga acuannya.
"Ini masih memicu penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnnya. Potensi pelemahan ke kisaran Rp16.500 per US$ dengan support di sekitar Rp14.400 per US$ hari ini," ujarnya.
Sementara itu, pergerakan mata uang kawasan Asia masih terpantau bervariasi pada perdagangan pagi hari ini. Yen Jepang terpantau naik 0,04 persen, dolar Hong Kong menguat 0,03 persen, peso Filipina naik 0,04 persen, rupe India menguat 0,13 persen, dan ringgit Malaysia naik 0,03 persen.
Sebaliknya dolar Singapura turun 0,04 persen, dolar Taiwan turun 0,01 persen, won Korea melemah 0,19 persen, yuan Cina turun 0,01 persen, dan baht Thailand turun 0,09 persen.
Mata uang di negara maju terpantau bergerak variatif, dengan euro menguat 0,02 persen dan poundsterling naik 0,07 persen, sementara dolar Kanada turun 0,07 persen dan franc Swiss naik 0,03 persen.