Jakarta, FORTUNE - Nilai Tukar Rupiah dibuka loyo pada perdagangan Selasa (4/6) pagi dengan mencatatkan pelemahan 47 poin atau 0,29 persen ke Rp16.305 per US$.
Pada Senin (8/7) sore, rupiah ditutup bertenaga dengan penguatan 20 poin atau 0,12 persen ke level Rp16.257 per US$.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, memperkirakan penguatan rupiah bisa tertahan hari ini terhadap dolar AS karena pasar mengalihkan fokusnya ke acara dengar pendapat antara Gubernur Fed, Jerome Powell, dan Kongres Amerika Serikat malam ini.
"Pasar mewaspadai kejutan dari pernyataan Powell mengenai kebijakan moneter dan proyeksi inflasi AS-nya ke depan," ujar Ariston .
Namun demikian, jika dalam pidatonya Powell mengindikasikan untuk tidak terburu-buru menaikan suku bunga acuan karena inflasi sulit turun, dolar AS bisa segera kembali menguat.
Pagi ini, indeks dolar AS sudah terlihat naik lagi ke atas 105, setelah pagi sebelumnya bergerak pada kisaran 104.90-an.
"Potensi pelemahan ke arah Rp16.300 per US$ hari ini dengan potensi support di sekitar Rp16.220 per US$," ujarnya.
Sementara itu, pergerakan mata uang kawasan Asia masih terpantau bervariasi pada perdagangan pagi hari ini. Peso Filipina turun 0,08 persen, dolar Singapura turun 0,02 persen, dan yuan Cina tercatat turun 0,01 persen.
Sementara yen Jepang menguat 0,14 persen, dolar Hong Kong menguat 0,01 persen, dolar Taiwan naik 0,03 persen, won Korea naik 0,14 persen, rupe India menguat 0,01 persen, ringgit Malaysia naik 0,01 persen, dan baht Thailand naik 0,09 persen.
Adapun mata uang di negara maju terpantau bergerak variatif, dengan Euro menguat 0,01 persen dan poundsterling naik 0,03 persen, sementara dolar Kanada turun 0,07 persen, dan franc Swiss turun 0,12 persen.