Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menilai pelemahan atau depresiasi Nilai Tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara-negara lain, terutama di kawasan Asia Tenggara.
Per Jumat ini, nilai tukar rupiah mencapai Rp16.222,50 per dolar AS atau melemah 5,37 persen secara year-to-date (ytd).
"Negara-negara sekitar kita dan di emerging G20 kira-kira dalam situasi yang mirip. Ada yang lebih parah. Tentu tergantung dari fondasi dan kondisi ekonomi masing-masing," ujarnya dalam konferensi pers APBN KiTA, Jumat (26/4).
Dalam kurun yang sama, nilai tukar baht Thailand terkoreksi 8,56 persen, won Korea melemah 6,31 persen, lira Turki lebih rendah 10,4 persen.
"Untuk Brasil dekat dengan kita, di 5,06 [persen] terus, kita lihat Vietnam 4,7 [persen], Afrika Selatan 4,7 [persen], dan Filipina 3,9 [persen]," katanya.
Dia juga mengatakan bahwa demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus memperkuat koordinasi bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), di samping berkolaborasi dengan otoritas moneter, Bank Indonesia (BI).
"Masing-masing negara harus mulai melakukan penyesuaian dengan dinamika pasar yang cukup tinggi ini. Semuanya cenderung makin hati-hati. Semuanya kemudian cenderung untuk mitigasi risiko dari pergerakan global tersebut," ujarnya.
Berlanjutnya ketidakpastian global mendorong yield US Treasury pada tren meningkat, dan berpengaruh pada yield SBN hingga 53 bps (ytd), katanya.
Kemudian, pasar saham dan SBN domestik juga terpengaruh sentimen global di mana modal asing yang keluar dari pasar saham (outflow) mencapai Rp13,08 triliun sepanjang bulan ini (mtd) dan outflow di SBN mencapai Rp16,65 triliun (mtd).