Jakarta, FORTUNE - Pasar Saham Asia mencatat pelemahan pada hari Jumat (31/1), terutama karena kembali dibukanya pasar saham Korea Selatan setelah libur Tahun Baru Imlek. Meski demikian, sentimen investor tetap stabil berkat laporan keuangan yang kuat dari perusahaan teknologi Amerika Serikat.
Kebijakan tarif baru dari pemerintahan Donald Trump turut mendorong kenaikan nilai tukar Dolar dan Harga Emas. Adapun, kebijakan bank sentral masih menjadi perhatian utama para pelaku pasar minggu ini.
Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga sesuai dengan prediksi sebelumnya. Gubernur The Fed, Jerome Powell menyatakan bahwa tidak akan ada pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Sementara itu, Bank Sentral Eropa justru melakukan pemangkasan suku bunga pada hari Kamis (30/1).
Perdagangan saham di beberapa negara Asia masih terhenti akibat perayaan Tahun Baru Imlek, termasuk di Tiongkok, Hong Kong, dan Taiwan. Namun, pasar saham Korea Selatan kembali aktif dan langsung mengalami tekanan. Indeks KOSPI turun 1 persen akibat pengumuman terobosan model kecerdasan buatan (AI) murah oleh DeepSeek Tiongkok, yang berdampak pada pasar global.
Beberapa saham teknologi besar mengalami penurunan signifikan. Saham Samsung Electronics anjlok 3 persen karena prospek pertumbuhan laba kuartal pertama yang terbatas. Sementara itu, saham SK Hynix, pemasok utama Nvidia, merosot hingga 8 persen.
Secara keseluruhan, indeks MSCI saham Asia-Pasifik di luar Jepang mengalami penurunan sebesar 0,3 persen, tetapi masih menunjukkan kenaikan sebesar 1 persen dalam bulan ini. Indeks tersebut berhasil mengakhiri tren penurunan yang terjadi selama tiga bulan berturut-turut.
Di sisi lain, kontrak berjangka Nasdaq naik 0,6 persen dalam sesi perdagangan Asia, didorong oleh proyeksi positif dari Apple Inc, yang memperkirakan pertumbuhan penjualan yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa Apple berpotensi pulih dari penurunan penjualan iPhone dengan memanfaatkan fitur kecerdasan buatan yang lebih canggih.
Pada awal pekan, saham teknologi sempat anjlok drastis akibat kekhawatiran investor terhadap pengaruh model AI murah dari Tiongkok. Saham perusahaan besar seperti Nvidia, Broadcom, dan Oracle terdampak oleh kekhawatiran ini.
Namun, beberapa perusahaan teknologi telah berhasil menutupi sebagian kerugian tersebut. CEO Microsoft dan Meta mengemukakan bahwa investasi besar-besaran dalam pengembangan AI sangat penting untuk mempertahankan daya saing di industri ini.
Vasu Menon, Direktur Pelaksana Strategi Investasi di OCBC, menilai bahwa perkembangan teknologi AI yang diperkenalkan DeepSeek dapat menimbulkan ketidakpastian dan tekanan terhadap valuasi perusahaan AI dalam jangka pendek. Meski demikian, menurutnya, prospek jangka menengah hingga panjang tetap positif.
"Kebutuhan akan peningkatan infrastruktur AI akan terus berlanjut dan setiap kapasitas komputasi baru harus diserap oleh peningkatan permintaan AI yang dapat tumbuh secara signifikan di tahun-tahun mendatang," ujarnya, seperti dikutip dari Reuters.
Ia menambahkan bahwa kebutuhan terhadap infrastruktur AI akan terus meningkat. Karenanya, setiap kapasitas komputasi yang baru harus dapat mengakomodasi permintaan AI yang terus berkembang.
Sementara itu, data dari LSEG menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS mengalami perlambatan pada kuartal keempat 2024, meskipun masih cukup kuat untuk memungkinkan The Fed menurunkan suku bunga secara bertahap sepanjang tahun ini.
Pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 45 basis poin dalam tahun 2025, dengan probabilitas dua kali pemangkasan yang cukup besar. Fokus investor kini beralih pada laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS pada Desember, yang merupakan indikator inflasi favorit The Fed.
Kebijakan Tarif Baru Trump
Kebijakan Presiden Donald Trump menjadi faktor risiko yang diperhitungkan investor. Pada Sabtu (1/2), tarif impor baru diperkirakan akan diberlakukan terhadap Kanada, Meksiko, dan kemungkinan juga Tiongkok.
Nilai tukar yen mengalami sedikit penguatan menjadi 154,19 per dolar AS, setelah mencatat kenaikan lebih dari 1 persen dalam sepekan terakhir. Yen juga diperkirakan akan mencatatkan kenaikan bulanan sebesar 1,9 persen, yang merupakan kinerja terbaik dalam bulan Januari selama tujuh tahun terakhir.
Ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut dari Bank Sentral Jepang (BOJ) turut mendukung penguatan yen. Deputi Gubernur BOJ, Ryozo Himino, mengisyaratkan bahwa bank sentral akan tetap menaikkan suku bunga jika kondisi ekonomi dan harga bergerak sesuai perkiraan.
Di sektor komoditas, harga emas mengalami kenaikan tajam hingga mencapai US$2.799,71 per ons, mencatatkan rekor tertinggi baru. Pada Januari 2025, harga emas naik 6,5 persen, yang merupakan kenaikan bulanan terbesar sejak Maret 2024.
Sementara itu, harga minyak juga mengalami kenaikan dalam sesi perdagangan Asia. Investor tengah mempertimbangkan dampak tarif AS terhadap impor minyak mentah dari Kanada dan Meksiko yang kemungkinan akan berlaku pada akhir pekan.
Minyak mentah Brent berjangka mengalami kenaikan sebesar 0,4 persen menjadi US$77,21 per barel. Sementara itu, minyak mentah AS berjangka naik 0,5 persen ke level US$73,13 per barel.
Dengan berbagai dinamika ini, para pelaku pasar terus memantau perkembangan ekonomi global, kebijakan moneter, serta kebijakan perdagangan AS yang dapat memberikan dampak signifikan pada pasar saham, nilai tukar mata uang, dan harga komoditas di masa mendatang.