Belum Ada Katalis Positif, Harga Minyak Diperkirakan Masih Lemah

Belakangan minyak terus turun dipengaruhi pasokan berlimpah

Belum Ada Katalis Positif, Harga Minyak Diperkirakan Masih Lemah
ilustrasi perusahaan minyak (unsplash.com/documerica)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Harga minyak dunia terus mengalami kemorosotan
  • Minyak mentah WTI diperdagangkan pada US$75,224 per barel
  • Fluktuasi harga minyak disebabkan oleh sanksi AS ke Rusia dan peningkatan tak terduga persediaan minyak mentah AS

FORTUNE, Jakarta - Harga minyak dunia terus mengalami kemorosotan belakangan ini. Analis pun memperkirakan komoditas ini masih sulit mengalami rebound

Berdasarkan Trading Economics, Kamis (23/1), pukul 17:26 WIB, minyak mentah WTI diperdagangkan pada US$75,224 per barel. Dalam 24 jam terakhir kemarin, harganya telah turun 0,22 persen.

Tidak jauh berbeda, minyak Brent bertengger pada US$78,782 per barel. Angka tersebut juga melemah 0,23 persen dalam sehari.

Analis mata uang dan komoditas, Lukman Leong, mengatakan fluktuasi harga minyak adalah imbas dari harga yang sempat melonjak beberapa waktu lalu, namun tidak diiringi oleh fundamental yang kuat melainkan hanya karena sanksi AS ke Rusia. 

Selain itu, Lukman mencermati data American Petroleum Institute (API) yang melaporkan peningkatan tak terduga sebesar 1 juta barel dalam persediaan minyak mentah AS, yang menjadi penyebab utama tertekannya harga minyak hari ini.

Pengamat Komoditas dan Forex, Ibrahim Assuabi, menyatakan kondisi geopolitik yang mulai mereda turut menekan harga minyak.

"Ini memicu investor melakukan profit-taking terhadap minyak dunia," katanya kepada Fortune Indonesia, Selasa (23/1).

Di samping itu, ia menyebut masih ada efek Donald Trump dalam pergerakan harga minyak. Dalam pidatonya, Presiden AS ini akan menyasar swasembada energi. Artinya, negeri tersebut akan memenuhi kebutuhan energinya sendiri tanpa bergantung pada impor.

Ke depannya pergerakan harga minyak diperkirakan masih melemah sebab katalis positif untuk mengangkat harganya belum muncul. Lukman bahkan memprediksi minyak dunia bisa turun hingga ke level US$60 per barel pada semester I-2024.

Ibrahim memperkirakan harga minyak turun ke US$59 barel per hari pada semester I-2024.

Apalagi, belakangan produksi minyak di Nigeria kembali pulih, bahkan mendekati level kuota OPEC+ 1,5 juta barel per hari (bph). Perkiraannya, produksi minyak dari negara tersebut bakal terus meningkat mencapai 1,7 hingga 1,8 juta bph.

Di lain sisi organisasi pengkspor minyak bumi alias OPEC+ masih berpotensi memulihkan sebagian produksinya. Maka dari itu, investor mulai mengantisipasi bakal terjadi kelebihan pasokan yang memicu pelemahan harga minyak. 

"Prospek ke depan masih suram. Permintaan masih lemah. Sementara produksi diperkirakan akan meningkat terutama di Amerika Utara," ujar Lukman.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Profil Wiwoho Basuki, Konglomerat dan Ayah Widiyanti Putri
Kronologi Fraud eFishery: CEO Dicopot hingga Palsukan Lapkeu
5 Menteri Terkaya Kabinet Merah Putih, Menpar Paling Tajir
Indonesia dan Apple Hampir Sepakat Cabut Larangan iPhone 16
Indonesia Denda Google Rp202 Miliar, Ini Alasannya
10 Orang Terkaya di Dunia 2025, Elon Musk Masih Nomor Satu