Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) terus berupaya memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah melalui optimalisasi berbagai instrumen moneter pro-market, yaitu Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan kebijakan tersebut juga dimaksudkan untuk mempercepat upaya pendalaman pasar uang dan mendukung aliran masuk modal asing ke dalam negeri.
Hingga 15 Juli 2024, posisi instrumen SRBI mampu menarik aliran modal senilai Rp775,45 triliun.
“Implementasi Primary Dealer (PD) sejak Mei 2024 juga memperkuat efektivitas SRBI sebagai instrumen moneter dalam mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi,” kata Perry melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Jumat (19/7).
Penerbitan SRBI telah mendukung aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri, tecermin pada kepemilikan nonresiden yang mencapai Rp220,35 triliun atau 28,42 persen dari total outstanding.
Instrumen SVBI raih US$1,82 miliar
Sementara itu, untuk instrumen lain seperti SVBI dan SUVBI masing-masing mencatatkan capaian sebesar US$1,82 miliar dan US$267 juta.
Ke depan, lanjut Perry, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan berbagai inovasi instrumen pro-market baik dari sisi volume maupun daya tarik imbal hasil.
Kondisi itu juga didukung kondisi fundamental ekonomi domestik yang kuat, untuk mendorong berlanjutnya aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan domestik.
Tak hanya itu, bank sentral juga terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.