Jakarta, FORTUNE - Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali memangkas Suku Bunga Acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,50 persen - 4,75 persen.
Keputusan ini diambil The Fed setelah bulan September 2024 lalu juga memangkas bunga 50 bps pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) secara berturut-turut.
Kebijakan yang diambil pasca Pemilu AS ini dinilai sebagai langkah strategis bank sentral untuk tidak mau diintervensi oleh Pemerintahan baru usai calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Donald Trump unggul dan memenangkan kontestasi Pilpres 2024.
"Dalam jangka pendek, pemilihan tidak akan mempengaruhi keputusan kebijakan kami," kata Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers usai rapat FOMC.
Untuk itu, Ekonom & Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat juga menilai kebijakan ini sebagai langkah politis bank sentral mempertahankan independensi.
"Penurunan suku bunga Fed di tengah euforia kemenangan Trump adalah langkah politis dan strategis yang mencerminkan kehati-hatian Fed di tengah perubahan politik besar," kata Achmad kepada Fortune Indonesia di Jakarta, Jumat (8/11).
Inflasi AS diprediksi membengkak di Pemerintahan Trump
Ia berpandangan, penurunan suku bunga ini mencerminkan sikap antisipatif The Fed terhadap ekspektasi inflasi yang mungkin membengkak oleh kebijakan fiskal administrasi Trump.
"Dengan kemenangan Trump, pasar memperkirakan peningkatan belanja infrastruktur, kebijakan proteksionis, dan pemotongan pajak yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.
Namun demikian, lanjut Achmad, kebijakan-kebijakan ini juga dapat menaikkan inflasi, terutama melalui peningkatan permintaan agregat dan harga barang impor yang lebih tinggi akibat tarif.
Indikator inflasi AS mencatatkan angka yang hampir mendekati target Fed, dengan tingkat inflasi inti mencapai 2,7 persen pada kuartal III-2024.
Meskipun ini mengindikasikan stabilitas ekonomi, lanjut Achmad, potensi inflasi yang lebih tinggi bisa muncul seiring dengan kebijakan-kebijakan ekspansif yang diusulkan oleh administrasi Trump, seperti pemotongan pajak dan peningkatan belanja infrastruktur.
Trump ungguli Pilpres AS dengan 295 suara elektoral
Dengan demikian, keputusan penurunan bunga acuan The Fed bukan hanya refleksi atas dinamika ekonomi terkini di Amerika Serikat saja, tetapi juga sinyal kebijakan yang harus dibaca dalam konteks perubahan politik yang besar di Washington.
Untuk pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal ketiga 2024 tercatat sebesar 2,8 persen, sedikit lebih rendah dari ekspektasi tetapi masih di atas rata-rata jangka panjang AS sekitar 1,8 persen hingga 2 persen.
Hingga Jumat pagi (8/11), Trump telah meraih 295 suara elektoral, sedangkan saingannya, Kamala meraup 226 suara elektoral. Angka minimal untuk memenangkan kursi kepresidenan adalah 270 suara elektoral.