Jakarta, FORTUNE - BRI Danareksa Sekuritas menilai, peluang merger antara PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) akan menguntungkan industri, apabila benar-benar terjadi.
Tim riset BRI Danareksa Sekuritas menyebut, hal itu akan menyokong strategi jangka panjang XL Axiata, yang dipercaya bertujuan memimpin dalam model aset ringan FMC (fixed mobile convergence).
Dari segi pendapatan rata-rata pengguna (ARPU) misalnya. Penawaran model FMC dinilai bisa memberi tambahan Rp150.000-Rp200.000 terhadap ARPU, khusus untuk beberapa sub-akun EXCL dalam jangka menengah. Adapun, ppada kuartal kedua 2023, ARPU XL adalah Rp42.000.
"Skenario merger akan memberi mereka lebih banyak spektrum, pasar yang lebih adressable, dan efisiensi biaya operasional dan belanja modal yang lebih baik," jelas Tim BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya, dikutip Jumat (8/9).
Itu juga bisa didukung oleh penyesuaian harga oleh operator. Tim Analis Samuel Sekuritas, Jonathan Guyadi dan Brandon Boedhiman memandang, walaupun masih ada persaingan yang ketat di pasar FMC, penyesuaian paket akan menguntungkan industri telekomunikasi secara keseluruhan dan mendongkrak ARPU.
"Kami yakin operator-operator Indonesia akan terus berupaya untuk meningkatkan ARPU basis pelanggan. Namun persaingan di pasar FTTH (fiber to the home) dan pasar FMC akan tetap ketat karena pasar Indonesia yang relatif terkonsentrasi," jelas mereka dalam riset.
Prospek keuntungan untuk FREN
Di sisi lain, FREN juga dinilai berpotensi mencetak keuntungan di jaringan 4G dengan berbagai lokasi menara. Sekaligus menghindari duplikasi peluncuran jaringan, mencapai profitabilitas lebih cepat, sambil memposisikan diri di pasar 5G.
Sebelumnya, kabar peluang merger antara XL dan Smartfren kembali muncul. Kepada Fortune Indonesia, Selasa (5/9), Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys mengaku akan menunggu dan melihat perkembangan diskusi tersebut. Di sisi lain, pihak XL Axiata belum dapat menanggapi spekulasi itu.
Saat pertama kali informasi itu beredar, nyatanya penggabungan tak juga terlaksana. BRI Danareksa Sekuritas menilai, kegagalan merger itu diprediksi terjadi karena FREN mempertahankan posisi tawar-menawarnya berdasarkan valuasi yang tinggi.
Namun, berdasarkan analisis tim riset BRI Danareksa Sekuritas, keunggulan operasional FREN mungkin sudah terkikis saat ini, seiring dengan bergabungnya Indosat dan 3. Ditambah, jaringan 3G lama sudah dimatikan, yang mengindikasikan mayoritas pelanggan telekomunikasi sudah berallih ke 4G.
Leverage FREN dinilai terbatas saat ini. BRI Danareksa Sekuritas menyebut, FREN dapat meningkatkan ARPU melalui pengalaman jaringan yang lebih baik, yang memerlukan investasi pada site tambahan.
"Kemitraan dengan afiliasi Moratelindo memberi FREN akses yang baik ke lokasi menara dan fiber backbone. Tapi, leverage yang tinggi [dengan utang bersih per EBITDA 5x] dan operating free cash flow (oFCF) yang rendah, membatasi kapasitasnya untuk meluncurkan lebih banyak jaringan dan bersaing di segmen 4G dan ke depannya, 5G.