Jakarta, FORTUNE - Apple Inc. mengumumkan pembelian kembali saham sebesar US$110 miliar. Analis menyebut, itu aksi buyback saham perusahaan Amerika Serikat (AS) terbesar sepanjang masa.
Chief Financial Officer Apple, Luca Maestri mengumumkan, para dewan direksi telah mengizinkan program tambahan untuk membeli kembali saham biasa perusahaan sampai dengan US$110 miliar.
Itu lebih besar dari aksi pembelian kembali yang perusahaan lakukan di tahun-tahun sebelumnya. "Selama beberapa tahun terakhir, kami telah melakukan pembelian kembali saham senilai US$90 miliar, sekarang kami melaksanakannya dengan nilai US$110 miliar," katanya dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (3/5).
Penambahan nilai aksi buyback itu sejalan dengan tujuan Apple mencapai net cast neutral dari waktu ke waktu.
Dalam kesempatan yang sama, Apple juga mengumumkan kenaikan dividen sebesar 4 persen menjadi US$0,25 per saham biasa. Pembayarannya akan dilakukan pada 16 Mei 2024 bagi para pemegang saham yang tercatat pada 13 Mei 2024.
Proyeksi kinerja di kuartal II 2024
Apple Inc memproyeksikan pendapatan konsolidasi perusahaan bertumbuh hanya 2,5 persen (YoY) pada kuartal II 2024 karena hambatan nilai tukar mata uang asing. Wall Street sendiri mengestimasikan pertumbuhan pendapatan Apple sebesar 1,33 persen menjadi US$82,89 miliar, menurut data LSEG, dilansir dari Reuters.
Sementara pada segmen bisnis jasa, pertumbuhannya diproyeksi mencapai dua digit. Begitu juga dengan estimasi pendapatan iPad. Itu karena perusahaan mencatatkan rekor di beberapa kategori bidang jasa dan di sejumlah segmen geografis.
"Basisnya sangat luas, bisnis langganan kami berjalan dengan baik. Akun transaksi dan akun berbayar tumbuh dua digit, kami pun melihat kinerja yang sangat kuat, baik di pasar negara maju maupun negara berkembang," jelas Luca dalam earning calls.
Luca menambahkan, perusahaan memprediksi margin kotor akan berkisar di antara 45,5 persen--46,5 persen. Perusahaan pun memperkirakan biaya operasional di antara US$14,3 miliar dan US$14,5 miliar pada kuartal II 2024.
Lebih lanjut, raksasa teknologi itu memprediksi pendapatan dan biaya lain bisa mencapai sekitar US$50 miliar. Angka itu tidak termasuk dengan potensi dampak dari mark-to-market investasi minoritas.
Ihwal pajak, tarifnya diproyeksikan akan mencapai sekitar 16 persen pada akhir Juni 2024.