Jakarta, FORTUNE - Mengapa bursa CPO belum juga dirilis hingga Juli berakhir? Lalu, bisakah aturan itu selesai pada bulan Agustus ini?
Menurut Kepala Bappebti, Didid Noordiatmoko, mundurnya pelaksanaan bursa CPO terjadi karena pihaknya mengambil langkah hati-hati sesuai dengan perintah Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan. Salah satu unsur yang ditinjau dengan hati-hati dalam aturan tersebut, yakni: kaidah penyusunan kebijakan.
Bappebti pun melibatkan kejaksaan dan BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) untuk mengawal proses penyusunan aturan bursa CPO. "Kami ingin kebijakan ini dikawal juga," ujar Didid dalam konferensi pers dengan media, dikutip Jumat (4/8).
Saat ditanya kapan permendag soal bursa CPO akan selesai, Didid enggan menjanjikan detail waktu. Sebelumnya ia sempat menyebut aturan itu akan selesai pada Juni 2023, lalu mundur ke Juli. Namun, hingga bulan ini, permedag tersebut belum selesai.
"Memang tak secepat yang kami bayangkan, tapi sedang dalam progress dan mengedepankan kehati-hatian," katanya.
Apakah mungkin aturan bursa CPO rampung pada Agustus ini? Didid berharap demikian. "Kami akan berupaya secepat-cepatnya. Karena kini yang marahi saya bukan hanya Pak Menteri, tapi juga yang sudah betul-betul membutuhkan [bursa CPO] seperti petani."
Latar belakang Indonesia butuh bursa CPO: bukan untuk saingi Malaysia
Dalam kesempatan yang sama (3/8), Didid juga tegas menyatakan bahwa tujuan utama bursa CPO Indonesia adalah membuat acuan harga tersendiri, karena Indonesia adalah salah satu negara produsen CPO terbesar. Dengan adanya aturan tersebut, penetapan harga CPO juga diharapkan bisa menjadi lebih adil.
Namun, ia menampik narasi yang menyebut bakal calon bursa CPO Indonesia dibuat untuk saingi milik Malaysia.
"Kita tak dalam posisi ingin jatuhkan posisi bursa Malaysia. Justru Indonesia-Malaysia sama-sama memperjuangkan CPO [agar bisa masuk] Uni Eropa. Tidak berlawanan, tapi sama-sama bersinergi," ujar Didid.
Bahkan, dalam menyusun aturan bursa CPO, Bappebti belajar banyak dari berbagai bursa. Contohnya, Bursa CPO Malaysia; Roterdam, Belanda; dan India. Bahkan juga meninjau London Metal Exchange, hingga mempelajari informasi tentang bursa Chicago melalui riset.
"Di tahap awal, akan fokus pada fisiknya dulu, walaupun penyerahannya bisa saja berjangka. Karena kalau fisik sudah jalan, setelah itu kami akan minta bursa kembangkan fitur-fiturnya," jelas Didid.