Diwarnai Ragam Sentimen Positif, IHSG Diprediksi Naik Lagi

Pekan ini, IHSG diwarnai banyak sentimen.

Diwarnai Ragam Sentimen Positif, IHSG Diprediksi Naik Lagi
Layar yang menunjukkan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • IHSG diproyeksikan menguat pada Senin (27/5) setelah naik 0,51 persen pada Rabu (22/5).
  • Analisis menunjukkan IHSG bergerak naik di kisaran support 7.190 dan resisten 7.270.
  • Sentimen dari AS dan Eropa mempengaruhi pergerakan IHSG minggu ini, saham defensif seperti ICBP, INDF, UNVR, JSMR dan PGAS direkomendasikan.

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) diproyeksikan menguat pada Senin (27/5), setelah ditutup naik 0,51 persen pada Rabu (22/5).

Menurut Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, IHSG mulai mengalami rebound karena masih ada di atas level support minor, yakni 7.161 dan juga garis SMA-20 pada chart hariannya. Ia pun memprediksi IHSG bergerak naik di kisaran support 7.190 dan resisten 7.270.

"Meski demikian, IHSG bisa saja melemah menuju 7.075--7.105, jika menembus ke bawah level 7.161," kata Ivan dalam riset harian kepada Fortune Indonesia.

Adapun, level support IHSG diprediksi berada di 7.161, 7.071, dan 7.000. Sementara itu, level resistennya di 7.243, 7.391, 7.454, dan 7.503. Indikator MACD menunjukkan momentum bullish.

Di tengah kondisi itu, saham-saham yang disoroti oleh Ivan hari ini, meliputi: ANTM, MEDC, PGEO, PTBA, dan UNTR.

Sentimen dalam seminggu ini

Phintraco Sekuritas memprediksi IHSG melaju di antara support 7.150, pivot 7.200, dan resisten 7.250 pada hari ini.

Salah satu sentimennya adalah data ekonomi dari Amerika Serikat (AS). Dalam risalah terbaru, the Fed kembali menegaskan target inflasi 2 persen (YoY). Merespon risalah tersebut, CME FedWatch Tools mencatatkan kenaikan signifikan pada peluang dipertahankannya suku bunga acuan di 5.25 persen-5.5 persen pada September 2024 pada 49.3 persen.

Sementara peluang pemangkasan 25 bps tersisa 45.7 persen untuk periode yang sama. Meski demikian, Nasdaq berhasil reli ditopang kinerja saham Nvidia dalam sepekan terakhir. Sebaliknya, DJIA mencatatkan pelemahan mingguan pertama dalam lima pekan terakhir.

Merespon sentimen di atas, nilai tukar rupiah kemungkinan besar melemah signifikan di awal perdagangan pekan ini. Kondisi tersebut diperkirakan bersamaan dengan proyeksi capital outflow pada periode yang sama.

"Dengan demikian, IHSG rawan pullback di awal pekan. Support terdekat saat ini berada di kisaran 7.150," kata Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan dalam risetnya.

Adapun, pekan ini cukup ramai dengan data-data ekonomi eksternal, termasuk pertumbuhan ekonomi (2nd estimate) AS pada kuartal I 2024, yang diperkirakan melambat ke 1.5 persen (QoQ) dari 3.4 persen (QoQ) Pada kuartal IV 2023.

Selain dari AS, Jerman dijadwalkan merilis data inflasi yang diperkirakan naik ke 2.4 persen (YoY) pada Mei 2024 dari 2.2 persen pada April 2024. Kondisi itu dapat mengubah pandangan pasar terhadap rentang waktu pemangkasan suku bunga acuan ECB. Pasar Inggris dan AS libur di Senin (27/5).

Oleh karena itu, saham-saham pilihan pada pekan ini beralih ke saham-saham defensif, termasuk ICBP, INDF, UNVR, JSMR dan PGAS. Valdy menambahkan, "Waspadai saham-saham rate-sensitive."

Sementara itu, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani menyoroti sejumlah sentimen yang sebaiknya diperhatikan. Ia menyebutkan 3 sentimen yakni aliran dana asing ke IHSG, pengumuman rebalancing index, dan core PCE AS bulan April.

Aliran dana asing ke IHSG di minggu ini akan sangat dipengaruhi oleh aksi jual/beli investor asing di IHSG. Jika dilihat dalam seminggu terakhir, asing mencatatkan outflow di pasar reguler IHSG sebesar Rp254 miliar. Bahkan dalam sebulan jumlah aliran dana asing yang keluar dari IHSG jauh lebih besar yaitu Rp13,2 triliun.

"Jumlah outflow yang dilakukan investor asing di IHSG yang sebesar ini dan dilakukan secara konsisten setiap minggunya merupakan hal yang jarang terjadi dan anomali. Berkaca dari catatan sebelum-sebelumnya, outflow asing di IHSG yang besar selanjutnya disusul dengan koreksi market yang dalam.

Menurutnya, aliran dana asing yang keluar di IHSG juga bukan tanpa alasan. Jika dilihat dari kinerja IHSG secara year to date (ytd) dibandingkan dengan indeks S&P 500 yang menjadi acuan indeks global, kinerja IHSG jauh berada di bawah S&P500, yang mana IHSG melemah 0,69 persen sedangkan S&P 500 mencatatkan kenaikan 11,85 persen (ytd). 

"Hal itu membuat aliran dana keluar dari indeks saham negara berkembang dan menaruh di indeks saham negara maju yang memiliki risiko yang lebih kecil. Anomali berikutnya adalah risiko yang kecil, seharusnya diiringi dengan reward yang kecil, namun fakta yang saat ini sedang terjadi rupanya tidak demikian," jelas Dimas.

Terkait sentimen pengumuman rebalancing index, pada Sabtu kemarin terdapat pengumuman rebalancing index FTSE. Dalam kocok ulang itu, BREN yang merupakan saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di IHSG, berhasil masuk dalam FTSE Global Equity Index Quarterly untuk periode Juni 2024. 

Berdasarkan pengumuman resmi yang disampaikan pihak FTSE Russel, masuknya BREN dalam indeks bergengsi tersebut akan efektif pada Senin 24 Juni 2024 mendatang. BREN masuk ke dalam Large Cap Index FTSE.

Berkaca dari kejadian serupa di bulan ini, dimana TPIA juga mencatatkan rebalancing dan efektif masuk ke dalam indeks MSCI pada 1 Juni mendatang. Pada saat kejadian ini diumumkan, saham TPIA mencatatkan kenaikan harga yang signifikan maka hal ini pun berpotensi terjadi di BREN di minggu ini dan membuat IHSG juga ikut bergerak naik karena BREN merupakan saham nomor 1 di IHSG saat ini.

Sementara itu terkait sentimen Core PCE AS bulan April, pada Jumat besok AS akan mengumumkan data ekonomi yang selama ini dijadikan acuan bagi The Fed dalam memutuskan tingkat suku bunga, yaitu Core PCE AS untuk bulan April. Indeks Harga Pengeluaran Personal Inti bulan April diprediksi akan mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,3 persen atau sama dengan capaian bulan sebelumnya.

Core PCE mengukur persentase perubahan harga barang dan jasa di luar jenis barang makanan dan energi, sehingga memberikan gambaran yang lebih akurat terkait kondisi ekonomi dan inflasi di AS. Oleh karenanya, indikator ini menjadi salah satu acuan bagi The Fed dalam menentukan keputusan tingkat suku bunganya.

Magazine

SEE MORE>
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024

Most Popular

Apa Itu BRICS: Sejarah dan Perannya Melawan Dominasi G7
Indonesia Mulai Proses Pengajuan Keanggotaan BRICS
Melawan Putusan Pailit, Sritex Ajukan Kasasi
Prabowo Bakal Hapus Utang 6 Juta Petani & Nelayan, Jadi Beban Bank?
RI Bakal Gabung BRICS, CSIS: Tak Perlu Karena Sudah Ada di G20
SIDO Bagi Dividen Interim Rp18/Saham, Ini Jadwalnya