Jakarta, FORTUNE - Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) telah tertekan 23,99 persen ke harga Rp2.820 dalam enam bulan terakhir, per Senin (19/2) pukul 15.49 WIB.
Sepanjang 2024 pun, UNVR tercatat telah terkoreksi 20,56 persen. Salah satu sentimen negatifnya, yakni laba bersih dan pendapatan yang menurun sepanjang 2023.
Pendapatan Unilever Indonesia terkoreksi 6,32 persen (YoY) dari Rp41,21 triliun menjadi Rp38,6 triliun pada tahun lalu. Begitu juga dengan laba bersih yang tertekan 10,51 persen (YoY) menjadi Rp4,8 triliun, dari Rp5,3 triliun.
Apa penyebabnya? Salah satunya, sentimen konsumen yang berubah seiring dengan adanya gerakan boikot produk yang terafiliasi dengan Israel. Itu karena serangan yang Israel lakukan ke Palestina sejak kuartal akhir 2023.
Penjualan domestik Unilever Indonesia terdampak--menurun 5,2 persen (YoY) dari 2022. Penjualan ekspor pun tergerus 30,9 persen (YoY). Tak hanya itu, di dua bulan terakhir pada 2023, sentimen itu menjadi tantangan besar bagi perseroan. Pangsa pasar perseroan bahkan menurun dari 31,3 persen menjadi 30,7 persen sepanjang 2023.
Analis NH Korindo Sekuritas, Cindy Alicia menjelaskan, "Penurunan penjualan domestik perseroan terjadi karena aksi boikot itu mempengaruhi citra merek perseroan."
Meski begitu, Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap menyatakan upaya-upaya untuk meluruskan informasi terkait sentimen itu mulai berbuah hasil di awal 2024. "Dengan adanya tren positif saat ini, kami yakin telah berada di jalur yang tepat untuk menumbuhkan bisnis kami di 2024," katanya di paparan publik, dikutip Senin (19/2).
Lantas, bagaimana prospek saham UNVR di 2024, di tengah tren penurunan harga saham dan aksi boikot yang masih berlanjut?
Prospek saham Unilever
Cindy menyebut, masih ada faktor risiko dari ketegangan geopolitik yang membayangi pergerakan saham UNVR pada 2024. Bukan hanya itu, peluang konsumen melakukan downtrading ke produk lain juga jadi sentimen negatif yang melingkupi emiten itu.
"Ditambah dengan kenaikan harga komoditas dan melemahnya daya beli konsumen," katanya, dikutip Senin (19/2).
NH Korindo Sekuritas menetapkan target harga Rp3.100 untuk UNVR di 2024. Dengan peluang kenaikan 5,8 persen atau rasio price to earning (P/E) 22,2 kali.
Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas, Abyan Yuntoharjo menambahkan, di tengah tekanan sentimen karena aksi boikot, UNVR masih mencatatkan kenaikan margin laba kotor pada 2023, walau hanya sebesar 0,7 persen (YoY) dari Rp19,06 triliun menjadi Rp19,19 triliun.
"Hal itu berkat stabilitas harga komoditas yang lebih baik sehingga biaya inputnya lebih rendah. Selain itu, otomatisasi pabrik, akselerasi digital, dan peningkatan efektivitas belanja juga menopangnya," jelas Abyan, dilansir Senin.
Lebih lanjut, UNVR pun memiliki opsi memprioritaskan investasi di periklanan, peluncuran merek, dan inovasi demi memperkuat merek dan merebut pangsa pasar lagi.
Di paruh pertama 2024, perseroan akan fokus memitigasi dan menghilangkan sentimen negatif seputar merek mereka melalui edukasi konsumen.
Pada 2024 ini, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksi pendapatan UNVR berpotensi tetap datar seperti 2023, mengingat adanya ketidakpastian yang berkaitan dengan Pemilu, suku bunga tinggi, dan kondisi makro lain yang kurang menguntungkan.
"Saat ini kami sedang mengkaji ulang target harga UNVR sekarang, yakni Rp3.800 per saham, karena kami masih melihat dan mempertimbangkan arah pertumbuhan UNVR, menyusul sentimen negatif yang berdampak pada merek-merek UNVR," jelas Abyan.