Jakarta, FORTUNE - PT Adaro Minerals Tbk (ADMR) menanggapi kabar berakhirnya perjanjian dengan Hyundai Motor Company (HMC) terkait pasokan aluminium, setelah para aktivis iklim yang disokong fan K-Pop menyerukan protes atas kemitraan itu.
Direktur Adaro Minerals, Heri Gunawan mengonfirmasi, setelah Nota Kesepahaman (MoU) tidak mengikat itu berakhir pada November 2023, kedua pihak memutuskan tak melanjutkan atau memperbaruinya.
Adapun, MoU itu resmi disetujui pada November 2022 dan hanya berlaku 12 bulan. Hal itu, menurut Heri, sejalan dengan upaya Hyundai menjajaki peluang pengadaan aluminium rendah karbon menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Air ramah lingkungan di masa depan.
"Hyundai dan perseroan sepakat untuk tidak memperbarui MoU tersebut dan menjajaki peluang lain secara terpisah dan mandiri," kata Heri dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Jumat (5/4).
Sampai saat ini, ADMR mengeklaim tak ada dampak keuangan dan operasional dari berakhirnya MoU dengan Hyundai. Sebab, smelter aluminiumnya masih dalam tahap konstruksi.
Perseroan sendiri menargetkan mencapai target tanggal operasional komersial smelter itu pada 2025, dengan kapasitas produksi fase pertama sebesar 500.000 ton aluminium per tahun (TPA).
Selain dengan Hyundai, ADMR juga menandatangani MoU dengan pihak lain yang siap menyerap sampai dengan 70 persen dari total kapasitas produksi smelter aluminium milik anak usahanya, PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI).
Lebih lanjut, ADMR juga berniat mengoptimalkan penyerapan penjualan produk aluminium ingot di pasar lokal. "Perseroan juga ingin turut berkontribusi dalam menciptakan lapangan pekerjaan dengan menyerap sekitar 6.000 tenaga kerja lokal pada fase konstruksi dan 1.500 tenaga kerja lokal pada
fase operasi," kata Heri dalam keterangan yang sama.
Linimasa di balik berakhirnya perjanjian Adaro Minerals dan Hyundai
Sebelumnya, berdasarkan perjanjian pada 2022, ADMR melalui KAI diperkirakan akan memasok aluminium kepada HMC. Lebih lanjut, HMC berhak membeli aluminium produksi KAI di tahap awal. Kemudian, ada hak negosiasi pertama tentang pembelian aluminium rendah karbon produksi KAI di masa mendatang.
"Kerja sama semlter aluminium ini pun diharapkan akan memperkuat hubungan kemitraan antara HMC dan Indonesia dengan sinergi lebih kuat," kata Presiden dan CEO Hyundai Motor Company, Jaehoon Chang dalam keterangan resminya pada November 2022.
Kala itu, ADMR menargetkan smelter aluminium yang akan mendukung produksi perseroan akan beroperasi komersial pada kuartal I 2025 dengan kapasitas produksi 500.000 TPA aluminium di tahap awal.
Sayangnya, kerja sama itu kandas setahun setelahnya. Raksasa otomotif Korea itu mempublikasikan kabar itu pada Selasa (2/4), dikutip dari Reuters.
"Setelah berakhirnya MoU pada akhir tahun 2023, kedua perusahaan memutuskan untuk tidak memperbaruinya dan akan menjajaki peluang lain secara mandiri. Hyundai Motor Company tetap teguh dalam dedikasi terhadap sumber bahan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, memastikan transparansi maksimal dalam proses produksi kami," demikian pernyataan resmi Hyundai Motor Company melalui surel ke Kpop4Planet, dilansir dari Lead the Charge.
Salah satu faktornya: kritik dari para aktivis iklim (yang disokong penggemar K-Pop) atas kemitraan itu. Tuntutan yang meminta Hyundai mundur dari kerja sama itu pun disampaikan lewat petisi di laman Kpop4Planet pada Maret 2023.
Lebih dari 11.000 penggemar dari 68 negara menandatangani petisi yang diinisiasi oleh ARMY Indonesia, penggemar BTS, dengan menggandeng Kpop4Planet. Hal itu dilakukan karena BTS, duta merek mobil listrik Ioniq Hyundai.
Berdasarkan petisi itu, tuntutan itu dibuat karena produksi aluminium Adaro yang ditenagai oleh PLTU baru Grup Adaro, walaupun smelternya berada di Kawasan Kalimantan Industrial Park Indonesia, Bulungan, Kalimantan Utara. Itu bertujuan memenuji kebutuhan listrik 1,1 GW smelter aluminium Adaro.
Yang mana, hal itu menuai kritik aktivis lingkungan, sampai ada aktivis sekaligus investor Adaro yang menyuarakannya saat RUPS. Sebab awalnya, smelter itu disebut bakal ditenagai energi baru-terbarukan. Akan tetapi, rencana itu baru akan diwujudkan pada 2030, saat pembangunan PLTA ADMR rampung.