Jakarta, FORTUNE - Saham emiten Otomotif PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) terkoreksi 5,93 persen pada Senin (28/10), buntut dari penurunan kinerja perseroan pada kuartal III 2024.
Berdasarkan data IDX Mobile per akhir perdagangan sesi I, DRMA diperdagangkan di harga Rp1.110, setelah dibuka di Rp1.180. Volume transaksinya mencapai 4,29 juta saham, dengan nilai transaksi Rp4,80 miliar, dan frekuensi transaksi 810 kali.
Dalam lima hari perdagangan terakhir, harga DRMA telah terkoreksi 2,20 persen. Sementara dalam sebulan belakangan, harganya justru telah menguat 2,78 persen.
Dikutip dari laporan keuangan DRMA, laba bersih perseroan tergerus 20,67 persen (YoY) dari Rp519,41 miliar menjadi Rp412,07 miliar pada 9 bulan pertama 2024. Secara otomatis, laba bersih per saham DRMA pun tertekan 20,00 persen (YoY) dari Rp110 menjadi Rp88.
Pelemahan laba itu sejalan dengan menurunnya penjualan bersih perseroan sebesar 5,25 persen (YoY), dari sebelumnya Rp4,25 triliun menjadi Rp4,02 triliun.
Salah satu faktornya adalah pendapatan segmen roda empat perseroan yang tergerus sebesar 24,11 persen (YoY) dari Rp1,41 triliun menjadi Rp1,07 triliun per 30 September 2024. Begitu pula dengan segmen lain-lain, yang pendapatannya menurun 8,73 persen (YoY) dari Rp610,17 miliar menjadi Rp556,88 miliar.
Di sisi lain, kontributor terbesar terdahap penjualan atau segmen roda dua, mencatatkan kenaikan kinerja sebesar 8,11 persen (YoY) menjadi Rp2,40 triliun pada 9 bulan pertama 2024, dari Rp2,22 triliun pada periode yang sama di 2023.
Secara bersamaan, beban pokok penjualan dari DRMA pun menurun sebesar 5,22 persen (YoY) dari Rp3,47 triliun menjadi Rp3,29 triliun.
Dari segi neraca, total aset perseroan mencapai Rp3,69 triliun pada akhir September 2024, naik dari Rp3,38 triliun pada penghujung 2023. Kas dan setara kasnya berjumlah Rp383,70 miliar, meningkat dari Rp378,55 miliar.
Demikian juga dengan liabilitasnya yang naik dari Rp1,35 triliun menjadi Rp1,41 triliun; serta ekuitas yang meningkat menjadi Rp2,27 triliun dari sebelumnya Rp2,03 triliun.
Pelemahan penjualan mobil
Menurunnya pendapatan segmen roda empat DRMA tidak lepas dari pelemahan Penjualan Mobil sepanjang 2024 ini.
Secara menyeluruh, penjualan mobil dari pabrik ke diler (wholesales) tertekan 16,22 persen (YoY) pada Januari–September 2024 menjadi 633.218 unit, dari sebelumnya 755.778 unit. Penjualan ritelnya pun terkoeksi 11,92 persen (YoY) dari 746.246 unit menjadi 657.223 unit.
Alhasil, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memutuskan memangkas target penjualannya menjadi 850.000 unit hingga akhir 2024, dari target sebelumnya 1,1 juta unit.