Jakarta, FORTUNE - Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mempertahankan proyeksi pertumbuhan laba bersih sekitar 13–15 persen (YoY) sepanjang 2024, berdasarkan pencapaian hingga paruh I-2024
Selain itu, KLBF mengestimasi penjualan sepanjang 2024 tumbuh sekitar 6–7 persen, diikuti dengan kebijakan rasio pembayaran dividen 45–55 persen terhadap laba bersih.
Selama semester I-2024, Kalbe Farma membukukan laba bersih senilai Rp1,8 triliun, meningkat 18,1 persen (YoY) dari Rp1,5 triliun pada periode serupa pada 2023. Margin laba bersihnya pun mencapai 11,1 persen, naik dari 10,1 persen pada semester I-2023.
Sejalan dengan itu, laba per saham dasar KLBF tumbuh 18,4 persen (YoY) dari Rp32,87 menjadi Rp38,93.
"Kami menilai kinerja semester I-2024 menunjukkan tanda pemulihan yang baik dari sisi volume permintaan dan diikuti dengan tren pemulihan margin yang positif," kata Presiden Direktur Kalbe Farma, Irawati Setiady, dikutip Jumat (2/8).
Pertumbuhan laba bersih KLBF ditopang oleh kenaikan penjualan bersih 7,6 persen (YoY) menjadi Rp16,3 triliun.
Berdasarkan segmen, penjualan bersih divisi obat resep Kalbe naik 7,6 persen (YoY). Katalisnya adalah segmen obat generik untuk menyokong ketersediaan obat BPJS dan obat-obatan khusus.
Pada divisi produk kesehatan, penjualan bersih Kalbe meningkat 1,3 persen (YoY) berkat pemulihan bertahap di pasar lokal. Sementara itu, pasar ekspor pun pulih secara bertahap walau masih belum menyamai periode 2023, dengan penjualan senilai Rp823,2 miliar (vis a vis Rp921,5 miliar pada paruh I-2023).
Lebih lanjut, penjualan bersih divisi nutrisi serta divisi distribusi dan logistik sama-sama tumbuh masing-masing 0,5 persen dan 17,1 persen (YoY).
Secara keseluruhan, penjualan bersih domestik tumbuh 8,8 persen.
Penjualan bersih ekspor tertekan 10,7 persen menyusul kendala bersifat sementara di beberapa negara ekspor seperti ketidakstabilan politik, pembatasan izin impor, dan daya beli konsumen yang melemah.
Kalbe tetap berfokus melanjutkan strategi penetrasi serta perluasan wilayah dan portofolio produk ekspor.
Selain itu, penurunan harga bahan baku dan pengelolaan biaya operasional turut mendongkrak laba perseroan.
Adapun, perseroan mencatatkan penurunan beban operasi lainnya dari Rp136,2 miliar menjadi Rp27,3 miliar.