Rapor Grup Indofood Paruh I: Laba Bersih Turun di Atas 30%
Namun, saham INDF dan ICBP masih mampu menguat.
Fortune Recap
- Laban bersih INDF tergerus 30,76% (YoY) menjadi Rp3,85 triliun pada semester pertama 2024.
- Beban keuangan INDF melonjak 213,90% (YoY) menjadi Rp5,16 triliun, menyebabkan penurunan laba bersih.
- Penjualan neto konsolidasi INDF hanya tumbuh 2,16% (YoY) menjadi Rp57,30 triliun.
- Penjualan neto ICBP naik 7,20% (YoY) menjadi Rp36,96 triliun di semester I 2024.
- Laba bersih ICBP terpangkas 38,21% (YoY) dari Rp5,73 triliun menjadi Rp3,54 triliun.
Jakarta, FORTUNE - Laba bersih emiten FMCG Grup Salim, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), tertekan sepanjang semester pertama 2024.
Indofood Sukses Makmur mencetak laba bersih senilai Rp3,85 triliun pada periode itu, tergerus 30,76 persen (YoY) dari Rp5,57 triliun pada waktu yang sama di 2023. Padahal, laba usaha INDF masih tercatat naik 32,65 persen (YoY) dari Rp8,86 triliun menjadi Rp11,75 triliun. Margin laba usahanya pun masih berada di level 20,5 persen.
Salah satu penyebab utama di balik penurunan laba bersih INDF adalah beban keuangan yang melejit 213,90 persen (YoY) dari Rp1,65 triliun menjadi Rp5,16 triliun.
Selain itu, perseroan pun membukukan bagian atas rugi neto entitas asosiasi dan ventura bersama senilai Rp51,30 miliar. Angka itu berbalik dari bagian atas laba neto entitas asosiasi dan ventura bersama pada paruh I 2023, yakni Rp24,95 miliar.
Kemudian, penjualan neto konsolidasi INDF pun tak tumbuh signifikan, hanya sebesar 2,16 persen (YoY) dari Rp56,09 triliun menjadi Rp57,30 triliun. "Namun demikian, kami tetap optimistis dengan waspada di tengah berbagai ketidakpastian global, serta tetap menjaga posisi neraca yang kuat dan keseimbangan antara pangsa pasar dan profitabilitas," jelas Direktur Utama dan CEO Indofood, Anthoni Salim dalam keterangannya, dikutip Kamis (1/8).
Kinerja Indofood CPB Makmur
Di sisi lain, penjualan neto ICBP meningkat lebih tinggi dari INDF, yakni 7,20 persen (YoY) menjadi Rp36,96 triliun pada semester I 2024, dari Rp34,48 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Sejalan dengan itu, beban pokok penjualan perseroan turut naik 4,70 persen (YoY) dari Rp21,95 triliun menjadi Rp22,98 triliun.
Kendati begitu, laba bruto ICBP masih mampu tumbuh 11,60 persen (YoY). Begitu pula dengan laba usahanya yang naik 25,30 persen (YoY) dari Rp7,10 triliun menjadi Rp8,90 triliun.
Sayangnya, laba periode berjalan ICBP tergerus karena sejumlah hal. Pertama, lonjakan pada beban keuangan dan pajak final atas penghasilan bunga (289,01 persen dan 72,22 persen, YoY). Itu juga terjadi akibat penurunan bagian atas laba neto entitas asosiasi dan ventura bersama dan lainnya sebesar 43,60 persen (YoY).
Alhasil, laba bersih ICBP pun terpangkas 38,21 persen (YoY) dari Rp5,73 triliun menjadi Rp3,54 triliun. Demikian pula dengan laba per saham dasar yang tergerus 38,29 persen (YoY) dari Rp491 menjadi Rp303.
Anthoni berujar, "Ke depannya, kami akan terus memanfaatkan ketangguhan model bisnis yang kami miliki untuk mendorong kinerja usaha dan mempertahankan daya saing guna memberi kinerja yang berkelanjutan."
Kendati kinerja INDF dan ICBP terbilang melemah, pada Kamis pukul 14.43 WIB, saham keduanya masih sama-sama menguat 0,82 persen dan 1,14 persen.