Spotify Cetak Laba Kotor di Q1, Pertama Kali Sejak Berdiri

Tapi, Spotify masih hadapi 3 tantangan.

Spotify Cetak Laba Kotor di Q1, Pertama Kali Sejak Berdiri
ilustrasi Spotify (unsplash.com/ Imtiyaz Ali)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Spotify mencatat laba kotor lebih dari 1 miliar euro, pendapatan senilai 3,6 miliar euro, dan margin kotor 27,6 persen pada kuartal I 2024.
  • Pendapatan operasional hanya mencapai 168 juta euro, di bawah ekspektasi, namun Spotify fokus pada pertumbuhan pendapatan yang solid dan ekspansi margin.
  • Pertumbuhan MAU hanya naik 2 persen (QoQ) menjadi 615 juta dan pelanggan premium naik 1 persen (QoQ) menjadi 239 juta. Saham Spotify sempat melesat dua digit tetapi turun lagi 7,28 persen.

Jakarta, FORTUNE - Spotify menutup kuartal I 2024 dengan meraih laba kotor lebih dari 1 miliar euro untuk pertama kalinya sepanjang sejarah berdiri.

Bersamaan dengan itu, Spotify turut mencetak pendapatan senilai 3,6 miliar euro, bertumbuh 20 persen (YoY), sejalan dengan panduan kinerja perseroan.

Tak hanya itu, margin kotor Spotify mencapai 27,6 persen pada periode yang sama, melampaui angka yang dimuat pada panduan kinerja perusahaan, yakni 26,4 persen. Sebagian besar karena bisnis podcast

Di sisi lain, pendapatan operasional Spotify hanya mencapai 168 juta euro, berada di bawah ekspektasi, yaitu 180 juta euro. Kendati demikian, capaian itu merupakan rekor baru kuartalan bagi pemilik platform audio itu.

"Kami telah menyebut 2024 sebagai tahun monetisasi dan kami mewujudkan ambisi itu," kata Co-Founder dan CEO Spotify, Daniel Ek dalam keterangannya, dikutip Kamis (25/4).

Ke depan, Spotify akan fokus pada pertumbuhan pendapatan yang solid dan ekspansi margin. Tak berhenti di situ, Spotify juga membidik 1 miliar pengguna pada 2030.

Salah satu caranya, dengan menggencarkan ekspansi global, melalui penambahan kembali belanja pemasaran pada 2024. Tujuannya adalah membuat pengguna bernilai tinggi aktif lagi, melalui keterlibatan dan loyalitas yang lebih intens.

"Kami mungkin menurunkan terlalu signifikan sepanjang 2023 [terkait belanja pemasaran]. Karena itu kami telah memperbaikinya saat memasuki kuartal II," kata Ek dalam earning calls kuartal I Spotify.

Pada kuartal I 2024 ini, pertumbuhan MAU (Monthly Active User) Spotify hanya mencapai 2 persen (QoQ) dari 602 juta menjadi 615 juta. Pelanggan premium Spotify juga hanya naik 1 persen (QoQ) dari 236 juta jadi 239 juta.

Selain masalah belanja pemasaran dan perlambatan pertumbuhan pengguna, Spotify juga menghadapi tantangan akibat dampak pengurangan tenaga kerja pada Desember 2023, yang diakui mengganggu operasional harian Spotify melebihi ekspektasi perusahaan.

"Butuh beberapa waktu bagi kami untuk kembali menemukan 'pijakan', tapi setelah lebih dari empat bulan masa transisi, saya rasa kami sudah kembali ke jalur yang benar," kata Ek.

Saham Spotify sempat melesat dua digit pada perdagangan 23 April, tetapi merosot lagi 7,28 persen ke US$281,23 pada 24 April.

Related Topics

SpotifyKinerja Bisnis

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil