Jakarta, FORTUNE - PT Super Bank Indonesia (Superbank) menegaskan belum ada rencana pencatatan saham (IPO) di bursa pada 2025. Lantas, bagaimana rencana bisnis perusahaan tahun ini?
"Konsentrasi kami [di 2025] bukan terhadap pasar, melainkan terhadap integrasi terhadap sistem," kata Presiden Direktur Superbank, Tigor M Siahaan saat ditemui di Jakarta Convention Center, Selasa (11/2). "Kami prioritaskan untuk mengembangkan produk."
Untuk merealisasikan itu, Superbank menyatakan masih mempunyai sumber daya yang memadai, termasuk dari segi pendanaan dan ekuitas. Adapun, berdasarkan laporan posisi keuangan Superbank per 30 September 2024, total ekuitas perusahaan mencapai Rp5,35 triliun. Rasio kecukupan modal perusahaan (CAR) Superbank pun mencapai 135,24 persen pada akhir September 2024.
"Kami juga memiliki pemegang saham yang suportif, jadi setiap membutuhkan dana itu sangat mudah kok sebenarnya," ujar Tigor.
Terkait integrasi sistem, itu berkaitan dengan ekosistem Superbank yang berhubungan dengan Grab, Grup Emtek, sampai Kakao. Ketiganya termasuk pemegang saham Superbank. Selain itu, Superbank juga sudah menghubungkan layanan dengan Ovo melalui OvoNabung.
Superbank sendiri dulunya bernama PT Bank Fama International, yang didirikan pada 1993. Perusahaan itu bergabung dengan Grup Emtek pada 2021, diikuti oleh Grab dan Singtel pada awal 2022, serta KakaoBank pada 2023 sebagai bagian dari konsorsium. Akhirnya, bank digital itu dirilis kembali pada Juni 2024. Sampai dengan Agustus 2024, Superbank memiliki lebih dari 1 jua nasabah.
Sampai dengan akhir September 2024, Superbank mencatatkan total Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp3,2 triliun, naik 328 perssen (YoY). Katalis pertumbuhannya adalah peluncuran produk deposito dengan jangka waktu bervariasi, pencairan fleksibel, dan bunga sampai dengan 7,5 persen per tahun.
Penyaluran kredit Superbank juga naik 189 persen (YoY) menjadi Rp4,9 triliun. Pendorongnya adalah kolaborasi dengan mitra strategis. Sejalan dengan itu, total aset perusahaan pun tumbuh 77 persen (YoY) menjadi Rp9,7 triliun. Lebih lanjut, pendapatan bunga bersih Superbank mencapai Rp399 miliar (+100 persen, YoY). Net interest margin perusahaan pun naik 7,81 persen pada kuartal III 2024, dibandingkan 6,81 persen pada periode serupa di 2023.