Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) masih akan dibayangi oleh ketidakpastian hingga awal 2025. Mirae Asset Sekuritas Indonesia (MASI) pun memangkas proyeksi target IHSG di akhir tahun.
Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Wisnubroto memprediksi IHSG berpeluang ditutup di level 7.500 pada penghujung 2024. Target terbaru itu lebih rendah dari proyeksi MASI beberapa bulan sebelumnya, yakni 7.915.
"Dari pasar global ini, kejelasannya sangat tidak jelas. Rupiahnya juga sudah melemah cukup signifikan, ke Rp15.900 [per dolar AS]," kata Rully saat ditemui di Ritz Carlton, Jakarta, dikutip Jumat (13/12).
Akibatnya, para pelaku pasar masih bersikap wait and see. Sampai kapan kira-kira itu akan berlangsung? Menurut Rully, mungkin hingga Januari 2025. Sebab, bulan depan akan ada pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS dan juga implementasi kenaikan PPN menjadi 12 persen.
"Kita tunggu apakah [kebijakan tarif] dia benar 60 persen untuk Cina, appakah 10 persen untuk semua termasuk Indonesia? Kita belum tahu juga nanti kayaknya," jelas Rully lagi.
Adapun, pada Jumat pukul 14.10 WIB, IHSG tecatat melemah 0,36 persen ke level 7.367,82. Di akhir sesi I, IHSG ditutup turun 0,94 persen ke 7.394,2.
Samuel Sekuritas mencatat, investor asing melakukan net sell di passar reguler sebesar Rp1,13 triliun dan Rp1,05 triliun di pasar negosiasi.
Sektor pilihan di 2025
MASI sendiri memproyeksikan pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 5,0 persen pada 2024 dan 2025. Sementara itu, untuk nilai tukar rupiah, MASI memproyeksikan itu bisa mencapai Rp15.700 per dolar pada 2025.
Pada 2025 sendiri, MASI lebih menyoroti sektor dan emiten yang berorientasi ke pasar domestik. Salah satunya, sektor consumer, dengan asumsi inflasi yang stabil. Rully pun mengaku tak terlalu mengkhawatirkan dampak dari PPN 12 persen karena dinilai lebih menyasar segmentasi kelas atas.
Ia pun memproyeksikan daya beli membaik. "Kami lihat sebenarnya di semester II ini seharusnya ada peningkatan, terlihat dari kinerja selama 9 bulan. Ini juga lagi-lagi karena inflasinya stabil," kata Rully. "Kami harapkan di semester I 2025, kalau secara tahunan dibandingkan semester I 2024, kami harapkan lebih baik."