Jakarta, FORTUNE - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan 19 perusahaan sedang mengantre untuk melakukan pencatatan perdana saham atau IPO (initial public offering) berdasarkan data per 7 Februari 2025.
Dari kesemua perusahaan tersebut, 18 di antaranya memiliki aset berskala besar dengan nilai di atas Rp250 miliar.
Sementara satu sisanya adalah perusahaan berkategori skala menengah dengan aset bernilai Rp50 miliar-250 miliar.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan hingga 7 Februari 2025 terdapat delapan perusahaan yang telah berhasil melantai di BEI dengan dana dihimpun bernilai Rp3,70 triliun.
Sementara itu, Nyoman menyatakan dari 19 perusahaan yang tercatat dalam antrean, terdapat dua perusahaan dari sektor bahan baku, enam perusahaan dari sektor konsumer non-siklikal, tiga perusahaan dari sektor energi, satu perusahaan dari sektor keuangan, dan tiga perusahaan dari sektor kesehatan.
“Kemudian tiga perusahaan industri dan satu perusahaan dari sektor transportasi dan logistik,” demikian informasi dari Nyoman dikutip melalui keterangannya, Jumat (7/2).
Terkait rights issue, hingga 7 Februari 2025 terdapat tujuh perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue dengan klasifikasi berikut: tiga dari sektor bahan baku, dua dari sektor energi, dan dua dari sektor kesehatan.
Di samping itu, hingga saat ini belum terdapat perusahaan tercatat yang menerbitkan rights issue di BEI.
Kemudian, masih terdapat 18 emisi dari 14 penerbit efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) yang tercatat dalam pipeline, dengan klasifikasi sektor berikut: tiga perusahaan dari sektor bahan baku, satu perusahaan dari sektor konsumer siklikal, satu perusahaan dari sektor konsumer non-siklikal, empat perusahaan dari sektor energi, serta empat perusahaan dari sektor keuangan, dan satu perusahaan sektor infrastruktur.
“Hingga saat ini, telah diterbitkan delapan emisi dari tujuh penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp8,6 triliun,” ujarnya.
BEI menargetkan 66 perusahaan baru dapat melakukan IPO pada 2025 atau naik 6,45 persen dari target 2024.