MARKET

Semester I/2021, Pertamina Bukukan Laba Rp 2,6 Triliun

Pertamina kembali untung setelah setahun sebelumnya merugi.

Semester I/2021, Pertamina Bukukan Laba Rp 2,6 TriliunDok. Pertamina
01 September 2021

Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina (Persero) berhasil melewati tantangan semester 1 tahun 2021 dengan membukukan laba sebesar US$ 183 juta atau setara dengan Rp2,6 Triliun. Dibandingkan periode yang sama tahun 2020 dimana perusahaan sempat mengalami kerugian sebesar US$ 768 juta, maka Pertamina berhasil meningkatkan laba sebesar US$951 juta atau setara dengan Rp13,6 Triliun.

Kinerja positif pada paruh pertama tahun 2021 ini didorong dari pertumbuhan di sisi penjualan yang mencapai US$25 miliar dan EBITDA US$3,3 miliar, dimana keduanya naik lebih dari 22 persen dibandingkan tahun lalu.

 “Dampak pandemi yang berkepanjangan masih sangat dirasakan Pertamina sepanjang tahun 2021. Fluktuasi harga minyak mentah sangat berpengaruh pada kinerja Pertamina. Indonesia Crude Price (ICP) meningkat hampir 2 kali lipat dari US$36,5 per Juni 2020 dibanding US$70,06 per Juni 2021,” kata Pjs Senior Vice President Corporate Communications and Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman dalam keterangannya, Senin (16/8).

1. Penyumbang kenaikan Laba dan Pendapatan Pertamina

Sebuah pompa minyak beroperasi di ladang sumur Blok Rokan areal kerja Tanah Putih Tanjung Melawan Rokan Hilir, Riau, Sabtu (31/7/2021)
ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/wsj

Produksi hulu migas Pertamina mencapai target sebesar 850 ribu BOEPD. Dengan kenaikan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Oil Price (ICP) serta efisiensi pada biaya pengembangan dan biaya produksi, sektor hulu mencatat pendapatan dan laba diatas target.

Kemudian dari sisi penjualan di hilir, permintaan BBM berangsur pulih walaupun masih lebih rendah dari kondisi normal sebelum pandemi Covid-19. Sampai dengan Juni 2021, permintaan BBM rata-rata tercatat 126 ribu kilo liter per hari, atau meningkat sekitar 8 persen dari Juni 2020 yang sekitar 116 ribu kilo liter per hari. Namun angka tersebut masih lebih rendah sekitar 6 persen dari permintaab normal sebelum pandemi di tahun 2019.

"Tingginya harga minyak memberikan tekanan signifikan atas beban pokok produksi BBM, walaupun demikian sampai saat ini Pertamina tidak menaikan harga BBM karena pertimbangan penurunan daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19. Sementara badan usaha BBM lainnya telah beberapa kali menaikan harga jual BBM-nya sejak awal tahun 2021. Tentu saja Pendapatan dan Laba dari sektor Hilir menjadi cukup tertekan, namun ini merupakan salah satu bentuk kontribusi Pertamina untuk membantu masyarakat di tengah pandemi Covid-19," ungkap Fajriyah.

2. Efisiensi biaya dan peningkatan pendapatan untuk meningkatkan kinerja perusahaan

Dok. Pertamina

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.