Punya Sisa Dana Rp9 T, Bukalapak Buka Peluang Bisnis Baru
Sisa dana IPO Bukalapak akan diinvestasikan ke obligasi.
Fortune Recap
- Bukalapak berencana membuka lini bisnis baru pada 2025 dengan dana hasil IPO Rp9 triliun
- BUKA akan terus melakukan investasi pada sisa dana IPO di instrumen keuangan yang memiliki keuntungan arus kas yang lebih baik
- Fokus bisnis tahun 2025 adalah memaksimalkan penggunaan arus kas untuk mendapatkan keuntungan arus kas yang lebih baik, dengan fokus kepada empat pilar bisnis
PT Bukalapak (BUKA) mengungkapkan rencana untuk membuka lini bisnis baru pada 2025. Bukalapak berencana memanfaatkan dana hasil IPO senilai lebih dari Rp9 triliun, dengan catatan lini bisnis baru tersebut dapat membawa pengaruh positif terhadap kondisi keuangan perseroan.
“Saat ini alokasi penggunaan sisa dana IPO perseroan tetap berfokus kepada bisnis yang sudah ada, dengan tidak menutup kemungkinan akan digunakan untuk pengembangan lini bisnis baru jika memang membawa pengaruh positif terhadap kondisi keuangan perseroan,” ujar Direktur Utama Bukalapak, Willix Halim dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Kamis (16/1).
Sejak melantai di bursa pada 6 Agustus 2021, BUKA telah menggunakan dana hasil IPO sebesar Rp11,49 triliun. Jumlah tersebut setara dengan 53,91% dari total perolehan IPO BUKA yang mencapai Rp21,32 triliun.
Dalam keterangannya, Willix juga menyebutkan bahwa BUKA akan terus melakukan investasi pada sisa dana IPO di instrumen keuangan yang memiliki keuntungan arus kas yang lebih baik dan memiliki risiko rendah seperti obligasi pemerintah.
Fokus bisnis Bukalapak pada 2025
Pada fokus bisnis tahun 2025, BUKA berusaha memaksimalkan penggunaan arus kas untuk mendapatkan keuntungan arus kas yang lebih baik. Adapun Bukalapak akan fokus kepada empat pilar, yaitu bisnis retail, mitra, gaming, dan investasi. Bukalapak juga mengefisiensikan biaya-biaya yang sekarang tidak sejalan dengan empat pilar tersebut.
Sebagai catatan, Bukalapak menetapkan harga pelaksanaan IPO sebesar Rp850 per saham dan menghasilkan dana sekitar Rp21,90 triliun dari aksi korporasi tersebut.
Harga IPO tersebut berada di batas atas karena Bukalapak sebelumnya menawarkan kisaran harga Rp750–Rp850 selama periode bookbuilding.
Bukalapak masih jadi pencetak rekor IPO terbesar
Selain menjadi unicorn pertama yang tercatat di BEI, penghimpunan dana oleh Bukalapak ini juga mencetak rekor IPO terbesar sepanjang sejarah bursa.
Pada 2020, total processing value (TPV) Bukalapak mencapai Rp85 triliun. Hingga catatan pada Desember 2020, jumlah pengguna yang terdaftar sebanyak 104,9 juta. Adapun dari TPV tersebut, sekitar 70% transaksi berasal dari kota-kota di luar wilayah tier 1.
Bukalapak pun pernah mencatatkan diri sebagai platform e-commerce yang paling banyak memiliki jaringan mitra di Indonesia.
Namun, data terbaru 2024, mencatat kontribusi layanan produk fisik e-commerce disebutkan hanya sekitar 3% dari seluruh pendapatan Bukalapak, jauh berbeda dari kondisi sebelumnya.