MARKET

Performa IHSG Terbawah di ASEAN, Ini Penyebabnya

IHSG terkoreksi signifikan, menjadi indeks terlemah di ASEAN

Performa IHSG Terbawah di ASEAN, Ini Penyebabnyailustrasi pergerakan saham (unsplash.com/Jamie Street)
11 February 2025

Fortune Recap

  • IHSG mengalami koreksi signifikan -5,16% selama 3-7 Februari 2025, menjadi indeks terendah di ASEAN.
  • Penurunan disebabkan aksi jual investor asing, perlambatan profitabilitas bank besar, dan faktor global seperti ketegangan perdagangan AS-China.
  • IHSG berpotensi terkoreksi lebih dalam hingga level 6.560 karena capital outflow dan kebijakan Trump yang memengaruhi pasar saham Indonesia.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia mengalami koreksi signifikan sebesar -5,16 persen selama periode 3-7 Februari 2025. Penurunan ini menjadikannya indeks dengan performa terendah di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

Koreksi indeks saham salah satunya disebabkan adanya aksi jual yang dilakukan oleh investor asing sehingga menyebabkan aliran dana keluar (outflow) dari pasar ekuitas mencapai Rp 3,80 triliun. 

Fenomena ini sejalan dengan rilis laporan keuangan dari beberapa bank besar yang menunjukkan perlambatan dalam kinerja profitabilitas. Penyebab utamanya adalah suku bunga yang tetap tinggi serta daya beli masyarakat yang masih terbatas, sehingga memengaruhi sentimen pasar secara keseluruhan.

Menurut Chief Economist and Head of Research Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, berbagai faktor global turut berkontribusi terhadap pelemahan IHSG. Salah satunya adalah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China. 

Rully menjelaskan bahwa kebijakan Presiden AS Donald Trump berpotensi meningkatkan inflasi di negaranya, yang membuat Federal Reserve (The Fed) semakin sulit untuk menurunkan suku bunga acuan atau Fed Funds Rate (FFR). 

"Sentimen perang dagang, kebijakan Trump yang kemungkinan menyebabkan inflasi AS naik dan FFR sulit turun," ujarnya, dikutip dari Antara pada Selasa (11/2).

Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi global, terutama di China, juga berdampak pada IHSG. Ditambah lagi, mata uang dolar AS tetap kuat dibandingkan mata uang negara-negara lain, yang semakin memperberat tekanan terhadap pasar saham Indonesia. 

"Slowing global growth, terutama China, dolar AS yang tetap bertahan tinggi," tambah Rully.

Di domestik, menurutnya, hampir tidak ada faktor positif yang dapat menopang IHSG. Berita-berita yang berkembang justru lebih banyak mengarah pada isu-isu negatif, baik dari segi ekonomi maupun kebijakan dalam negeri.

"Dari dalam negeri juga sulit mencari faktor positif, berita yang berkembang lebih banyak isu negatif," ujarnya.

Rully mengatakan, tekanan terhadap IHSG kemungkinan akan terus berlanjut karena kurangnya sentimen positif dari dalam dan luar negeri.

Pemerintahan Donald Trump semakin memperburuk situasi dengan mengumumkan tarif sebesar 25 persen untuk semua impor baja dan aluminium, yang mulai berlaku pada 10 Februari 2025.

Selain itu, Trump juga mengindikasikan bahwa akan ada tarif tambahan yang diumumkan hari ini, Selasa (11/2) atau Rabu (12/2) esok hari. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran akan lonjakan inflasi, yang dapat membatasi peluang The Fed untuk memangkas suku bunga acuan.

IHSG Berpotensi Terkoreksi Lebih Dalam

Related Topics

    © 2025 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.