Harga Minyak Melonjak di Tengah Keputusan Produksi OPEC
OPEC memutuskan tetap bertahan pada rencana awal produksi.
Jakarta, FORTUNE - Harga minyak dunia, baik versi West Texas Intermediate (WTI) maupun Brent, terlihat tengah melonjak pada perdagangan awal pekan ini. Termasuk faktor yang diyakini memicu kenaikan adalah pertemuan OPEC perihal keputusan produksi.
Berdasarkan data Trading Economics, harga minyak versi WTI pada perdagangan Selasa (5/10) pagi melonjak ke posisi US$77,81 per barel, naik 12,99 persen dari bulan sebelumnya, dan meningkat 91,37 persen secara tahunan. Level harga ini juga tertinggi sejak Oktober 2018.
Harga minyak versi Brent juga mencapai US$81,62 per barel, meneruskan pergerakan sejak awal 2021, berujung peningkatan sebesar 57,49 persen. Posisi harga ini juga menjadi yang tertinggi setidaknya dalam tiga tahun terakhir.
Keputusan produksi OPEC
Kenaikan harga minyak saat ini ditengarai akibat keputusan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC). Lembaga ini baru saja memutuskan untuk mempertahankan kebijakan produksi minyak seiring kenaikan permintaan—meski ada tekanan dari sejumlah negara untuk meningkatkan produksi tersebut lebih besar.
OPEC pada Juli lalu sempat memutuskan untuk meningkatkan produksinya sebesar 400.000 barel per hari setiap bulan setidaknya hingga April 2022 sampai sepenuhnya menyesuaikan produksi ke rencana 5,8 juta barel per hari. Namun, pada pertemuan OPEC kali ini, tingkat produksi tersebut diputuskan tetap, serta akan dilaksanakan November ini.
“Mengingat gambaran permintaan dan hasil pertemuan OPEC, sentimen keseluruhan seputar minyak mentah adalah bullish,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LCC New York, seperti dikutip dari Reuters. Sebagai informasi, istilah bullish ini digunakan untuk merujuk kondisi pasar yang sedang mengalami tren kenaikan atau penguatan.
Kepada The New York Times, Kepala geopolitik pada firma penelitian Energy Aspects, Richard Bronze, juga mengatakan keputusan OPEC tersebut akan menjaga harga minyak pada US$80 per barel untuk jangka waktu tertentu. Bahkan, menurutnya, harga itu dapat melambung lebih tinggi.
OPEC sebenarnya tengah menghadapi tekanan dari sejumlah negara untuk menambah kapasitas produksinya. Hal ini seiring dengan kenaikan permintaan serta kekhawatiran akan kenaikan inflasi yang bisa berdampak pada upaya pemulihan ekonomi.
Empat sumber OPEC kepada Reuters mengatakan tengah mempertimbangkan untuk meningkatkan produksi dari rencana sebelumnya yang telah disepakati.
Faktor selain pasokan
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, sebelumnya mengatakan harga minyak dunia akan relatif naik terlebih jika tidak ada kenaikan kapasitas produksi dari OPEC. Hampir bersamaan, lanjutnya, rencana tambahan pasokan minyak dari Iran juga belum menemui sejumlah kepastian.
Dalam hematnya, kenaikan harga minyak dunia saat ini juga disebabkan akibat faktor lingkungan dengan munculnya iklim badai Ida di Amerika Serikat. Tak hanya itu, peningkatan harga komoditas ini juga disumbang optimisme bahwa perekonomian global akan kembali pulih seiring pelaksanaan program vaksinasi massal di sejumlah negara. Kondisi itu, katanya, berdampak pada perkiraan kebutuhan energi yang meningkat.
“Kekhawatiran akan kekurangan pasokan ini menjadi salah satu faktor dominan penyebab naiknya harga minyak. Di samping juga sudah mulai memasuki musim dingin pastinya pasar akan lebih khawatir lagi karena kebutuhan energi akan meningkat,” kata Mamit kepada Fortune Indonesia, Senin (27/9).
Mamit memperkirakan, harga minyak dunia akan tetap berada dalam reli kenaikan setidaknya hingga akhir 2021. Penyebabnya, kata Mamit, kembali ke faktor pemulihan ekonomi global serta belum ada kepastian mengenai rencana penambahan pasokan. “Walaupun ada penurunan kemungkinan tidak akan menurun terlalu jauh karena berbagai faktor itu tadi,” katanya.