Imbas Konflik Ukraina-Rusia ke Bursa Saham dan Harga Komoditas
Mayoritas bursa Asia melemah akibat ketegangan kedua negara.
Jakarta, FORTUNE - Ketegangan geopolitik antara Ukraina- Rusia mempengaruhi pasar global. Kondisi tersebut mempengaruhi pergerakan harga komoditas hingga pasar saham negara kawasan.
Mayoritas bursa saham di Asia Pasifik mengalami koreksi pada Senin (14/2) pagi akibat sentimen itu. Nikkei 225 Jepang menurun 2,28 persen. KOSPI Korea Selatan ikut melemah 1,40 persen, mengacu pada data Investing.com.
Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 1,06 persen; begitu juga dengan Shanghai Composet Cina yang menurun 0,54 persen dan Shenzhen Component dengan koreksi 0,40 persen. Dari dalam negeri dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut melemah 1,34 persen pada sesi perdagangan pagi hari ini. Hanya ASX 200 di bursa Australia yang menguat naik 0,36 persen.
Dampak konflik Ukraina terhadap pasar
Eskalasi konfilik kedua negara meningkat seiring penempatan pasukan militer Rusia di area perbatasan dengan Ukraina. Terlebih, Amerika Serikat (AS) ikut memperingkatkan tanda serangan sudah dekat dan invasi Rusia akan segera terjadi. Presiden AS, Joe Biden pun meminta warganya yang berada di negara tersebut untuk meninggalkan kawasan.
Presiden Rusia, Vladimir Putin menegaskan, AS telah gagal memenuhi tuntutannya. Namun, Rusia sendiri terus membatah rencana invasi.
Berbagai negara lain telah berupaya melanjutkan pendekatan diplomatik guna meredakan situasi itu. Kanselir Jerman, Olaf Sholz bakal terbang ke Ukraina dan Rusia pada Selasa (15/2) dalam rangkan melakukan diskusi diplomatik untuk mendinginkan situasi.
Ketegangan yang terjadi akibat konflik itu telah meningkatkan volatilitas pasar yang sudah terguncang oleh inflasi tinggi di Amerika Serikat (AS) yang diikuti dengan rencana kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed pada Maret 2022.
Negara-negara Eropa Timur berisiko mengalami tekanan harga akibat meningkatnya kecemasan, apabila pasokan energi Rusia terganggu.
“Ini berpotensi melahirkan perjalanan yang jauh lebih tidak stabil ketimbang 2021 dan kami sudah memperkirakannya,” ujar Ekonom Senior AMP Investments, Diana Mousina, dikutip dari Investing.com.
Direktur Investasi Solusi Multiaset Abrdn plc, Ray Sharma-Ong, mengungkapkan risiko inflasi juga membayangi pasar secara lebih luas, dimana inflasi AS berpotensi mencapai puncak pada April mendatang.
Melansir Bloomberg, dia menambahkan, “Akibatnya, pasar akan gelisah dan beberapa di antaranya akan mengalami kenaikan harga lagi.”
Harga komoditas di tengah ketegangan Ukraina
Sentimen konflik Ukraina dan Rusia dengan cepat juga mempengaruhi pergerakkan harga komoditas. Mengacu pada data CFD yang dilansir dari Investing.com, Senin pukul 12.19 WIB, harga emas berjangka kontrak April 2022 menguat 0,68 persen; menyentuh level Rp1.854,70. Pergerakan harga emas hari ini berada di rentang Rp1.852,55–Rp1.863,70.
Sebelumnya, pada penutupan Jumat (11/2), harga emas parkir di level Rp1.842,10. Dalam sepekan terakhir, harga emas sendiri telah menguat 1,83persen.
Perak berjangka kontrak Maret 2022 juga tercatat menguat tipis 1,02 persen pada Senin siang. Dengan rentang harga harian Rp23.555–Rp23.797. Di sisi lain, emas spot telah terkoreksi 0,26 persen ke level Rp1.853,76 siang ini. Dengan laju harian di rentang Rp1.851,48–Rp1.862,11.
Harga minyak pun ikut melesat dengan meningkatnya ketegangan. Harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2022 naik 1,4% ke level US$ 95,73 per barel. Sedangkan harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2022 meroket 1,6%, menjadi US$ 94,59 per barel. Pada awal perdagangan bahkan WTI sempat mendekati level tertinggi US$ 94,92 per barel.
Tembaga, platinum, gas alam, heating oil juga mengalami kenaikan harga harian. Masing-masing meningkat 1,44 persen; 0,29 persen; 2,90 persen; dan 0,32 persen.