Dibayangi Sentimen BBM, IHSG Diperkirakan Lanjut Melemah
IHSG hari ini diproyeksi melanjutkan pelemahan kemarin.
Fortune Recap
- IHSG diprediksi melemah setelah ditutup 0,74 persen di level 7.501,28 kemarin.
- Analis memproyeksikan IHSG hari ini akan melaju di antara support 7.475 dan resisten 7.515.
- Sentimen dari Cina dan risiko fluktuasi harga komoditas energi masih mempengaruhi pergerakan IHSG.
Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) diprediksi lanjut melemah pada Kamis (10/10), selepas ditutup menurun 0,74 persen di level 7.501,28 kemarin.
Analis BInaartha Sekuritas, Ivan Rosanova mengatakan, IHSG masih bergerak di bawah garis SMA-10 pada chart harian, yang menandakan bahwa tren pelemahan belum berakhir.
Ia memprediksi IHSG hari ini masih bisa menguji kembali support Fibonacci di level 7.429 atau bahkan lebih rendah, menuju level 7.356. "Namun demikian, IHSG akan rebound hari ini jika tetap di atas 7.471," jelas Ivan dalam riset hariannya.
Ivan memproyeksikan IHSG hari ini akan melaju di antara support 7.475 dan resisten 7.515. Daftar saham yang ia soroti hari ini, meliputi: ADRO, PTBA, SMGR, TKIM, dan UNTR.
Di sisi lain, Phintraco Sekuritas memperkirakan IHSG hari ini rebound teknikal ke kisaran 7.550, dengan pergerakan di antara support 7.500 dan resisten 7.600. Saham-saham yang masuk dalam pilihan mereka hari ini, mencakup: INCO, MDKA, MBMA, PGEO, dan UNTR.
"Stochastic RSI dan MACD masih cenderung bergerak dalam positive slope. Dengan demikian, IHSG diyakini mempertahankan fase konsolidasinya untuk beberapa waktu ke depan," jelas Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan dalam riset hariannya.
Sentimen pertama datang dari Cina. Kementerian Keuangan Tiongkok dikabarkan menyiapkan paket stimulus fiskal yang diperkirakan mencapai ¥1-2 triliun pada pekan ini (12/10). Melihat pelemahan signifikan SSEC (-6,62 persen) di Rabu (9/10), pasar tampaknya berharap pada stimulus fiskal yang lebih agresif dari pemerintah Cina.
Masih dari eksternal, risiko fluktuasi harga komoditas energi juga masih membayangi. Eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah nampaknya akan ditentukan oleh hasil pertemuan Pemerintah Israel dengan AS yang tengah berlangsung di Washington D.C. Lonjakan harga komoditas energi tidak menguntungkan bagi bank-bank sentral yang mengharapkan berlanjutnya tren penurunan inflasi.
"Nilai tukar rupiah diperkirakan masih sulit bergerak ke Bawah Rp15.500 per dolar AS dan spekulasi kenaikan harga BBM subsidi masih akan membayangi untuk beberapa waktu ke depan," kata Valdy lagi.