Ekspansi Produk Derivatif, BEI Target Rilis KBIA di Q1-2025
BEI lebih dulu menggelar soft launching, Senin (30/12).
Fortune Recap
- BEI akan merilis produk derivatif KBIA pada kuartal I 2025 setelah soft launching di tahun 2024.
- Partner pertama KBIA adalah Indeks MSCI, dengan rencana kerjasama dengan Indeks Hang Seng dan Nikkei.
- Langkah ini untuk memperbanyak produk derivatif di pasar modal sebagai alternatif investasi saat IHSG terkoreksi.
Jakarta, FORTUNE - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan untuk merilis produk derivatif Kontrak Berjangka Indeks Saham Asing (KBIA) atau foreign index futures pada kuartal I 2025.
Sebagai langkah awal, BEI akan menggelar soft launching KBIA di penutupan perdagangan tahun 2024, Senin (30/12). Partner pertamanya adalah Indeks MSCI.
"Kami mulai soft-launching untuk KBIA dari MSCI listed large caps, perusahaan tercatat dengan kapitalisasi pasar besar di Bursa Efek Hong Kong," kata Iman di Gedung BEI.
BEI sudah menandatangani kontrak lisensi dengan penyedia indeks yang bermarkas di New York itu. Ke depan, jumlah penyedia indeksnya pun akan bertambah, misalnya dengan menggandeng Indeks Hang Seng yang berbasis di Hong Kong atau Nikkei yang bermarkas di Jepang.
Iman berujar, "Yang membedakan, bursa tanda tangani kontrak lisensi resmi dengan MSCI. Nanti dengan Hang Seng ataupun Nikkei akan lakukan hal serupa."
Langkah itu berkaitan dengan upaya memprbanyak produk derivatif di psar modal. Harapannya, semakin banyak produk derivatif, maka investor akan mempunyai lebih banyak alternatif pendanaan.
Produk derivatif di pasar modal
Di bursa sendiri, ada produk derivatif yang sudah dirilis lebih dulu, yakni waran terstruktur. Sepanjang 2024, ada 495 waran terstruktur yang sudah dicatatkan di bursa.
Pada 2025, BEI berencana untuk menerbitkan tipe put warrant, yang mana memungkinkan investor memiliki hak untuk menjual underlying sekuritas (saham atau indeks efek) pada harga dan jangka waktu tertentu. Itu kebalikan dari call warrant, yang memberi investor hak untuk membeli underlying sekuritas pada harga dan jangka waktu tertentu.
"Jadi kalau sekarang, ketika kita punya waran terstruktur, itu lebih ke yang long. Artinya, ketika indeks naik, karena kita punya call structure warrant, maka call akan banyak. Tapi, ketika indeks turun, opsinya terbatas, karena tak bisa short," jelas Iman.
Dengan demikian, produk derivatif diharap dapat menjadi alternatif investasi bagi para investor, ketika indeks terkoreksi.
Adapun, selama 2024 ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah melemah hampir 3 persen secara year to date atau per 30 Desember 2024 sore.