Hingga Mei, Summarecon Raih 30% Target Prapenjualan 2024
Summarecon targetkan prapenjualan Rp5 triliun.
Fortune Recap
- PT Summarecon Agung Tbk mencatat prapenjualan senilai Rp1,5 triliun selama Januari-Mei 2024, setara dengan 30% dari target marketing sales hingga akhir 2024.
- Summarecon Agung mengandalkan produk baru, termasuk Summarecon Tangerang yang akan dibuka tahun ini, serta proyeksikan pertumbuhan kinerja bisnis sekitar 10-15% pada 2024.
- Perseroan mengalokasikan belanja modal Rp750 miliar untuk membangun pusat perbelanjaan dan sekolah Al-Azhar di IKN Nusantara, serta tidak panik menghadapi fluktuasi rupiah.
Jakarta, FORTUNE - PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) telah membukukan prapenjualan (marketing sales) senilai Rp1,5 triliun selama Januari sampai dengan Mei 2024.
Capaian itu setara dengan 30 persen dari target marketing sales Summarecon Agung sampai dengan akhir 2024. SMRA mengandalkan produk-produk barunya pada tahun ini.
Salah satunya, Summarecon Tangerang, kota terpadu atau township kesembilannya, yang akan dibuka pada penghujung tahun. "Perseroan melihat potensi yang luar biasa di Tangerang dan perseroan juga siap menghadapi kompetisi dengan pengembang-pengembang lain yang ada di sana," kata Presiden Direktur Summarecon Agung, Adrianto Pitojo Adi dalam paparan publik SMRA, dikutip dari keterbukaan informasi, Senin (24/6).
Adapun, pada 2024 ini, Summarecon Agung memproyeksikan pertumbuhan Kinerja Bisnis sekitar 10–15 persen (YoY) dibandingkan capaian pada 2023.
Guna mendukung target pertumbuhan itu, perseroan mengalokasikan belanja modal sejumlah Rp750 miliar. Perseroan akan menggunakannya untuk pembangunan Summarecon Mall Bekasi Tahap 2 dan Summarecon Mall Makassar.
Pada tahap awal, belanja modal yang digunakan untuk kebutuhan infrastruktur berjumlah lebih dari Rp500 miliar.
Selain untuk ekspansi pusat perbelanjaan, Summarecon Agung juga menyiapkan investasi demi membangun sekolah Al-Azhar di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, yakni senilai Rp200 miliar.
Sentimen fluktuasi rupiah dan dampak terhadap bisnis
Di tengah target itu, ada sentimen kurang mengenakkan dari pergerakan nilai tukar rupiah yang fluktuatif belakangan ini. Bahkan, rupiah telah melampaui Rp16.000 per dolar Amerika Serikat pada Juni ini.
Namun, Summarecon Agung tak panik menghadapi hal itu. Lebih lanjut, menurut manajemen, Summarecon menjalankan bisnis dengan porsi mata uang asing yang sedikit sehingga tak terlalu berdampak terhadap perseroan. Dus, tidak dibutuhkan ada mitigasi tertentu.
Perseroan pun akan gokus pada pembangunan rumah tapak, sehingga tak terdampak signifikan terhadap mata uang asing karena minimnya penggunaan barang impor dalam proses pembangunan properti itu.
"Kami yakin dengan penyesuaian suku bunga acuan oleh Bank Indonesia dan nantinya dengan kondisi global yang juga membaik akan berdampak positif bagi nilai tukar rupiah," jelas Adrian.