IHSG dan Lajunya Selepas Trump Naik Tahta Lagi
Bagaimana prospek laju IHSG di tengah sentimen risk off?
Fortune Recap
- Penurunan signifikan IHSG setelah kemenangan Trump
- Analyst Research Mirae Asset proyeksikan prospek positif IHSG di sisa 2024
- Peningkatan ketidakpastian global dan langkah switching sebagai strategi investasi
Jakarta, FORTUNE - Bagaimana proyeksi laju Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) selepas Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat (AS)?
Setelah Trump memenangkan pemilu AS, pasar modal Indonesia bereaksi negatif, tercermin dari penurunan signifikan IHSG selama 2 hari berturut-turut, masing-masing sebesar 1,4 persen dan 1,9 persen, sehingga total penurunan mencapai 3,3 persen.
Tak hanya itu, investor asing mencatat aksi jual bersih selama 4 hari berturut-turut sejak kemenangan Trump pekan lalu. Total aksi jual bersih (net sell) investor asing dalam 4 hari mencapai sebesar Rp 6,5 triliun.
Hal ini pernah terjadi dalam kemenangan Trump pada 2016, misalnya, menyebabkan koreksi IHSG sebesar 7,3 persen dalam waktu sepekan, serta aliran keluar modal asing terus berlanjut selama 28 hari perdagangan dengan total aksi jual bersih Rp 17 triliun.
Namun, Analyst Research Mirae Asset, Rizkia Darmawan memproyeksikan, keluarnya dana asing itu tidak akan berlangsung dalam durasi yang sama dengan 2016. Mengapa? Karena menurutnya, pasar sudah lebih dulu menduga bahwa Trump akan memenangkan pemilu.
"Ini justru akan menjadi ruang atau peluang bagi investor melihat lagi ke pasar kita, saat harganya sudah bottoming out," kata Darma di acara Media Day: November 2024 Mirae Asset, Selasa (12/11).
Secara fundamental, Darma menilai IHSG masih memiliki prospek cukup baik di sisa 2024 ini. Apalagi jika ditinjau dari segi pertumbuhan laba bersih dan pendapatan para emiten, misalnya. Khususnya dari sektor-sektor seperti perbankan, komoditas, dan juga consumer.
Kendati demikian, faktor-faktor lain yang tak bisa diperhitungkan berdasarkan angka juga mempengaruhi IHSG. Contohnya, perang dan Trump's effect. Faktor-faktor itu yang sedang ditinjau dan dipelajari oleh tim MASI dalam menyusun riset terbaru terkait target IHSG.
Adapun, Mirae Asset Sekuritas menargetkan IHSG akan mencapai level 7.915 hingga akhir 2024.
"Dengan pertumbuhan perekonomian dan juga laba bersih daripada perusahaan seharusnya indeks kita bisa mencapai target," kata Darma. "Tapi kalau misalnya outflow ternyata memang terus berlanjut sampai dengan akhir tahun, otomatis kemungkinan besar ya target IHSG kita tidak akan tercapai gitu."
Sebelumnya, Maybank Sekuritas telah lebih dulu memangkas target IHSG dari 8.000 menjadi 7.900 dengan mengacu pada rasio price to earning 13,4 kali.
Peningkatan ketidakpastian global dan langkah switching
Menurut Mirae Asset Sekuritas Indonesia, hasil pemilu AS itu telah memperkuat ketidakpastian global terkait perubahan arah kebijakan pemerintahan baru, khususnya di bidang perdagangan internasional dan perpajakan atau fiskal.
“Kebijakan Trump di masa kepresidenannya, termasuk tarif yang lebih tinggi dan rencana deportasi besar-besaran, juga diprediksi dapat meningkatkan tekanan inflasi. Hal ini kemungkinan akan menghambat ruang bagi Federal Reserve untuk melonggarkan kebijakan moneternya di tahun 2025, sehingga menjaga suku bunga tetap ketat,” ujar Darma.
Ia juga menekankan pentingnya perhatian investor terhadap perubahan ini dalam merencanakan strategi investasi menghadapi ketidakpastian global.
Dari sisi komoditas, Darma mengatakan pasar komoditas di Indonesia menghadapi tantangan dan peluang yang bervariasi pada kuartal IV/2024. Dia memprediksi ke depannya harga komoditas akan lebih berfluktuasi dibandingkan dengan sebelumnya karena lebih tergantung dari sentimen global.
Menurutnya, tingginya fluktuasi tersebut dapat dimanfaatkan pelaku pasar untuk bertransaksi jangka pendek pada harga komoditas dan saham perusahaan yang bisnisnya terkait komoditas. Dia menilai penurunan harga komoditas global juga telah memberikan dampak langsung pada sektor energi dan logam dasar, terutama pada harga minyak mentah dan beberapa bahan kimia.
“Sektor logam tertentu, seperti logam dasar yang digunakan dalam industri elektronik dan otomotif, tetap mengalami pertumbuhan yang stabil seiring dengan permintaan industri yang kuat,” jelas Darma.
Secara khusus, harga minyak mentah mengalami fluktuasi akibat ketidakpastian pasar global dan kebijakan ekonomi AS yang diperkirakan akan berdampak pada pergerakan harga energi.
Dia memperkirakan bahwa harga minyak akan mengalami tekanan hingga akhir tahun, yang juga akan berdampak pada pendapatan dari sektor energi dalam negeri. Di sisi lain, logam dasar seperti nikel dan tembaga terus menunjukkan potensi positif mengingat peran strategisnya dalam produksi baterai untuk kendaraan listrik, terutama di kawasan Asia Tenggara.
Pada kesempatan yang sama, Head of Fund Services Mirae Asset, Francisca Gerungan mengatakan di tengah ketidakpastian pasar investor dapat memanfaatkan fasilitas pengalihan antar reksa dana (switching). Switching dapat dilakukan misalnya dari sebuah reksa dana saham ke reksa dana pasar uang yang dikelola manajer investasi yang sama, atau sebaliknya.
“Investor dapat memanfaatkan fitur baru NAVI yaitu pembebasan biaya peralihan antara produk reksa dana (switching fee) yang dikelola manajer investasi yang sama, dan fitur ini bebas biaya sampai penghujung 2024.”