Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) akhirnya resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Di perdagangan perdana, Jumat (24/2), sahamnya ditutup stagnan.
Berdasarkan data RTI Business, saham PGEO sempat menguat di awal perdagangan di harga Rp925, sebelum akhirnya bergerak fluktuatif di kisaran Rp815 sampai dengan Rp925. Volume perdagangan sahamnya mencapai 585,54 juta lembar, dengan nilai transaksi sejumlah Rp488,82 miliar dan frekuensi perdagangan 45.095 kali.
Sebelum hari ini, rencana IPO Pertamina Geothermal Energy telah mengudara sejak awal 2021. Kemudian, pada 17 Desember 2022, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menghadiri Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI mengumumkan, aksi korporasi itu baru akan berjalan pada 2022.
Berdasarkan penelusuran Fortune Indonesia, Pahala Nugraha Mansury yang pada awal 2022 masih menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN I mengatakan, jumlah dana yang bisa terkumpul dari IPO PGE, yakni US$400 juta sampai US$500 juta.
Pada Februari 2022, Direktur Utama Pertamina Power Indonesia (PPI), Danif Danusaputro membocorkan informasi lanjutan soal IPO PGE. Saat itu, ia mengatakan, sudah ada tiga bank pilihan untuk aksi IPO itu. Namun, menurutnya, penjelasan detail harapannya akan mengudara pada paruh pertama 2022. Di awal 2022 juga sempat beredar kabar, PGE akan melantai di bursa pada Juni 2022.
Waktu terus bergulir. Juni 2022 telah berlalu, tapi IPO itu masih saja berstatus isu. Hingga akhirnya, medio Oktober 2022, pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan IPO PGE saat itu masih diproses dan butuh waktu untuk penyesuaian, yang bergantung pada kebutuhan perusahaan serta pemenuhan peraturan pasar modal. Maju ke November 2022, pihak PGE bilang mereka masih menempuh fase finalisasi IPO ke BEI. Sampai 2022 berakhir, IPO Pertamina Geothermal belum jua menemui titik terang.
Rencana final IPO Pertamina Geothermal Energy dan prospek bisnis
Tapi, di penghujung 2022, Kementerian BUMN kembali menyuarakan rencana IPO PGE, yang kabarnya digelar pada kuartal I 2023. Waktu itu, mereka mengungkapkan rencana menawarkan saham di kisaran 20 persen–30 persen.
Waktu yang ditunggu pun tiba. Pada 1 Februari 2023, Pertamina Geothermal Energy mengadakan paparan publik. Tahap itu berlanjut ke book building, penawaran umum, hingga akhirnya pencatatan di hari ini.
Sebelum itu, perseroan telah menggelar roadshow ke berbagai belahan dunia, di antaranya: Singapura, Hong Kong, London, dan New York demi mengundang investor domestik atau asing dalam aksi penawaran sahamnya. Beberapa pihak yang akhirnya berpartisipasi dalam IPO, antara lain: Indonesia Investment Authority (INA) dan Masdar, perusahaan energi bersih yang bermarkas di Uni Emirat Arab.
Di prospektus final, PGEO akhirnya melepas 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan, setara 10,35 miliar lembar saham dengan harga penawaran Rp875. Penjamin pelaksana efeknya, yakni: PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia.
IPO PGE pun mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) sampai 3,81 kali, melampaui target. Itu juga termasuk 5 IPO terbesar di BEI sepanjang sejarah, dengan dana terkumpul senilai Rp9,05 triliiun.
Menurut Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), IPO itu menyokong rencana ekspansi kapasitas terpasang perseroan sebesar 600 megawatt sampai 2027. Adapun, PGEO menargetkan kenaikan dari 672 MW menjadi 1.272 MW untuk kapasitas terpasang yang PGEO operasikan sendiri.
Ke depan, prospek energi panas bumi di Tanah Air masih cerah. Kapasitas pembangkit listrik panas bumi diproyeksi bisa tumbuh dari 2,8 GW (2022) menjadi 6,2 GW pada 2030, dengan CAGR 10,4 persen. Itu jauh lebih tinggi dengan pertumbuhan rata-rata global pada CAGR sekitar 3,9 persen di periode serupa.